Rabu, 18 Januari 2012

Meningkatkan Iman Kepada Malaikat

2.1. Pengertian dan Beriman Kepada Malaikat
Menurut bahasa, kata “Malaikat” merupakan kata jamak yang berasal dari Arab malak (ملك) yang berarti kekuatan, yang berasal dari kata mashdar “al-alukah” yang berarti risalah atau misi, kemudian sang pembawa misi biasanya disebut dengan Ar-Rasul. Beriman kepada malaikat berarti percaya dan membenarkan dengan sepenuh hati bahwa malaikat itu benar-benar ada dan diciptakan oleh Allah SWT yang diciptakan dari nur (cahaya).
Malaikat diciptakan untuk selalu taat melaksanakan tugas-tugas dan perintah yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Mereka tidak pernah letih, tidur, dan lupa terhadap tugas-tugasnya. Malaikat bertempat tinggal di langit dan mereka turun karena membawa perintah dari Allah. Ahmad dan Bukhori meriwayatkan dari ibnu abbas bahwa rosulullah bertanya kepada Jibril :”Apa yang menghalangimu berkunjung pada kami lebih banyak daripada kunjungan yang engkau laksanakan?” Jibril menjawab sebagaimana ayat diturunkan : “ Dan tidaklah Kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa.(QS: Maryam 64)
Beriman kepada malaikat berarti percaya dan membenarkan dengan sepenuh hati bahwa malaikat itu benar-benar ada dan diciptakan oleh Allah SWT. Keberadaan malaikat bersifat gaib, artinya tidak dapat ditangkap oleh indera manusia. Walaupun tidak dapat dirasakan keberadaannya melalui indera manusia, namun dalam firman-Nya, Allah SWT memberikan penjelasan bahwa malaikat itu benar-benar ada dan diciptakan-Nya. Allah SWT memerintahkan untuk mengimani hal-hal yang gaib. Beriman kepada hal yang gaib juga merupakan salah satu ciri orang yang bertakwa.  Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:  “ Kitab[1] (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa[2], (Al-Baqarah: 2)
Hukum beriman kepada malaikat
Keberadaan malaikat diperkuat dengan dalil Al-Qur’an, Sunnah dan ijma, maka iman kepada malaikat hukumnya wajib. Dan barangsiapa yang mengingkari keberadaan mereka, maka ia telah kafir. Hal ini, tertulis jelas pada Al-Qur’an yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 285: “ Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Al-Baqarah: 285)
Wujud Malaikat
Wujud para malaikat telah dijabarkan didalam Al Qur’an ada yang memiliki sayap sebanyak 2, 3 dan 4. surah Faathir ayat 1, yang berbunyi: “segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS: Fatir: 1)
Sifat-sifat Malaikat
Dalam alqur’an telah dijelaskan beberapa sifat-sifat Malaikat diantaranya: “ Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka), (An-Nahl: 50).
 “ Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan Perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya, (Al-Anbiya: 27). “ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan, (At-Tahriim: 6). “ Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) Menampakkan diri dengan rupa yang asli. (QS. An-Najm: 6)  “ Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nya-lah mereka bersujud, (QS. Al-A’raf: 206)
Diantara dalil-dalil diatas bisa disederhanakan sebagai berikut:
Selalu bertasbih siang dan malam tidak pernah berhenti.
Suci dari sifat-sifat manusia dan jin, seperti hawa nafsu, lapar, sakit, makan, tidur, bercanda, berdebat, dan lainnya.
Selalu takut dan taat kepada Allah.
Tidak pernah maksiat dan selalu mengamalkan apa saja yang diperintahkan-Nya.
Mempunyai sifat malu.
Bisa terganggu dengan bau tidak sedap, anjing dan patung.
Tidak makan dan minum.
Mampu merubah wujudnya
Memiliki kekuatan dan kecepatan cahaya.
Tidak berjenis kelamin.
Malaikat tidak pernah lelah dalam melaksanakan apa-apa yang diperintahkan kepada mereka. Sebagai makhluk ghaib, wujud Malaikat tidak dapat dilihat, didengar, diraba, dicium dan dirasakan oleh manusia, dengan kata lain tidak dapat dijangkau oleh panca indera, kecuali jika malaikat menampakkan diri dalam rupa tertentu, seperti rupa manusia. Ada pengecualian terhadap kisah Muhammad yang pernah bertemu dengan Jibril dengan menampakkan wujud aslinya, penampakkan yang ditunjukkan kepada Muhammad ini sebanyak 2 kali, yaitu pada saat menerima wahyu dan Isra dan Mi’raj.
Tugas-Tugas Malaikat
Dari semua jumlah malaikat yang ada, yang (utama) wajib kita ketahui dalam kedudukannya sebagai rukun islam yang ke-dua yaitu ada sepuluh malaikat saja. Seluruh malaikat itu semua dibebani tugas oleeh Allah yang berbeda-beda, tidak terkecuali malaikat yang sepuluh ini. Diantara tuugas-tugasnya adalah sebagai berikut;
Jibril, malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu kepada para Nabi. Para malaikat yang bertugas menyampaikan ilham kepada manusia, jin dan hewan berada di bawah kepemimpinannya. Bahkan di antara malaikat yang sepuluh, malaikat Jibril adalah yang paling mulya. Beliau adalah Ar-Ruhul Qudus yang telah membimbing dan menguatkan Nabi Isa dalam menjalankan tugas kenabian. Jibril pula yang menyampaikan firman kepada Nabi Muhammad dan mengajari beliau SAW. Dan Jibril tidak pernah ‘salah alamat’. Dalam Al-Qur’an di jelaskan: “Sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi (Allah) Yang mempunyai ‘Arsy, yang dita’ati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya. (QS. At-Taqwir: 19-21)
Mikail, malaikat yang mengurus rizqi semua makhluq Allah.
Ridwan, malaikat penjaga surga.
Malik, malaikat penjaga neraka. Beliau membawahi banyak malaikat yang bermuka garang. Dalam Al-Qur’an dijelaskan: “ Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang mu’min itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): “Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?” Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia. (QS. Al-Muddatstsir: 3)
Raqib, malaikat pencatat amal baik.
‘Atid, malaikat pencatat amal buruk. Dijelaskan dalam Al-Qur’an: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (QS. Qaaf: 16-18)
Munkar, malaikat yang mennyai di alam qubur.
Nakir, malaikat yang mennyai di alam qubur.
Izrail, malaikat pencabut nyawa. Beliau juga punya bawahan yang sangat banyak. Dijelaskan dalam Al-Qur’an: “Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara jamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. (QS Al-An'am: 61)
Israfil, malaikat peniup sangkakala tanda kiamat dan berbangkit. Dijelaskan dalam Al-Qur’an:  “Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). (QS. Az-Zumar: 68)
Selain sepuluh malaikat-malaikat utama, ada malaikat-malaikat lain yang juga mempunyai tugas. Di antara mereka ada yang terus berdzikir, ada yang terus beristighfar, ada yang menghadiri majelis-majelis ilmu dan dzikir, dll.
Selain memahami keberadaan nama-nama. tugas. dan sifat-sifat malaikat, maka langkah iman selanjutnya adalah menghayati pemahaman tersebut dan mengambil hikmahnya (dampak positif) dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan kata lain, beriman kepada malaikat tidak cukup hanya dengan mengetahui nama-nama, tugas, dan sifat-sifatnya saja.
Beberapa hikmah yang membawa dampak positif dengan beriman kepada malaikat adalah sebagai berikut.
Meningkatkan keimanan kepada Allah SWT.
Mendorong untuk terus meningkatkan kualitas pribadi dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang terpuji (akhlak mulia).
Mewujudkan masyarakat yang bermoral.
Meneladani ketaatan malaikat kepada Allah SWT yang senantiasa bertasbih dan sujud kepada-Nya.
Selain hikmah, ada juga fungsi iman kepada Malaikat Allah:
Selalu melakukan perbuatan baik dan merasa najis serta anti melakukan perbuatan buruk karena dirinya selalu diawasi oleh malaikat.
Berupaya masuk ke dalam surga yang dijaga oleh malaikat Ridwan dengan bertakwa dan beriman kepada Allah SWT serta berlomba-lomba mendapatkan Lailatul Qodar.
Meningkatkan keikhlasan, keimanan dan kedisiplinan kita untuk mengikuti / meniru sifat dan perbuatan malaikat.
Selalu berfikir dan berhati-hati dalam melaksanakan setiap perbuatan karena tiap perbuatan baik yang baik maupun yang buruk akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
Kesimpulan
Dari penjabaran teentang masalah meningkatkan keimanan kepada malaikat, maka dapat disimpulkan, bahwa beriman kepada malaikat berarti percaya dan membenarkan dengan sepenuh hati bahwa malaikat itu benar-benar ada dan diciptakan oleh Allah SWT yang diciptakan dari nur (cahaya). Percay berarti mempercayai bahwa Allah SWT telah menciptakan makhluk yang berupa malaikat yang diciptakan dari cahaya, berbeda dengan manusia dan jin, yang tentunya sifat, tugas, karakter dan wujudnya sangat berbeda dengan manusia dan makhluk lainnya. Dalam suatu pendapat, bahwa jumlah malaikat tidak ada yang mengetahinya kecuali hanya Allah SWT. Akan tetapi yang (utama) wajib kita ketahui ada sepuluh malikat saja.
Adapun tugas-tugas manusia diantaranya, Jibril; Menyampaikan wahyu kepada para rasul dan nabi, Mikail; Membagikan rizki dan menurunkan hujan, Israfil; Meniup sangkakala di hari kiamat, Izrail; Mencabut nyawa, Rakib; Mencatat amal baik, Atid; Mencatat amal buruk, Munkar dan Nakir; Memeriksa dan menanyai manusia di alam kubur, Malik; Menjaga pintu neraka , Ridwan; Menjaga pintu surga.
Dengan demikian dari penjelasan diatas bahwasanya mengimani malaikat adalah hal yang penting yang harus dipahami oleh setiap muslim, karena merupakan salah satu rukun iman bagi setiap muslim, dalam hal ini tidak hanya sekedar mengetahui, akan tetapi menghayati dan mengambil hikmah dari adanya mengimani malaikat ini menjadi instrument (peangkat) bagi seorang muslim untuk menuju derajat iman yang tinggi atau sempurna.

Daftar Pustaka
Zaini Syahminah. Kuliah Aqidah Islam. Surabaya: Al- Ikhlas , 1993
Sabiq Sayid. Aqidah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1996



[1] Tuhan menamakan Al Quran dengan Al kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis.
[2] Takwa Yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.