![]() |
binamuslim.com |
Pada
tulisan dibawah ini sya akan sedikit mengulas tentang nilai-nilai pendidikan
yang ada dalam kewajiban menjalankan puasa ini.
1) Ibadah puasa dapat mendidik manusia menjadi
pribadi muslim yang bertaqwa
Tujuan
utama Allah SWT. mensyari’atkan ibadah puasa adalah supaya manusia bertaqwa,
sebagaimana firman Allah SWT dalam teks Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat ke 183
:
Artinya
: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. 2:183)
Muhammad
Ibrahim At-Tuwaijiri mengemukakan bahwa ibadah puasa merupakan sarana untuk
mendidik atau membentuk manusia, supaya
dapat menjadi pribadi yang bertaqwa kepada Allah SWT.[8] dengan mengerjakan
kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan yang telah ditentukan.
Dimana didalam ibadah puasa ada hal-hal yang harus dikerjakan sebagai syarat
atau rukun ibadah puasa dan ada pula hal-hal yang harus ditinggalkan supaya
ibadah puasa yang dikerjakan dapat diterima disisi Allah SWT.
Inilah
hal utama yang menjadi nilai pendidikan Islam yang dapat diambil dari ibadah
puasa, dimana pendidikan didalam islam diarahkan pada tujuan utama
diciptakannya manusia yaitu untuk mengabdi kepada Allah SWT, mengerjakan
hal-hal yang diperintahkan dan menjauhi hal-hal yang dilarang (Taqwa).
2) Ibadah puasa dapat menjadi sarana pendidikan
akhlak dan latihan jiwa
a.
Mendidik
manusia berjiwa sosial tinggi
Di
dalam ibadah puasa semua orang merasakan rasa lapar dan dahaga tanpa pandang
bulu baik orang kaya ataupun miskin, tua maupun muda, semua sama dihadapan
Allah swt. Sehingga dengan persamaan demikian akan tertanam dalam dirinya rasa
persamaan (musawah), perasaan demikian diharapkan membekas dan menjadi prinsip
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Dengan demikian, maka puasa merupakan salah satu proses menuju terbentuknya masyarakat yang menjungjung tinggi nilai persamaan, keadilan dan pemerataan. Di sisi lain, nilai-nilai sosial pada puasa tidak berhenti pada praktek puasa itu saja. Dalam kenyataannya puasa merupakan salah satu sistem yang jitu untuk dapat menghilangkan sifat angkuh, sombong, bakhil, egois, dan sifat tidak terpuji lainnya. Sebab dengan berpuasa, maka seorang mukmin akan mengetahui dan menyadari betapa lemah dirinya.
Aspek
sosial sebagai perwujudan dari pengaruh puasa ini, bisa dicapai jika kita mampu
menanamkan secara teguh kesadaran akan kehadiran orang lain dalam diri kita.
Maka, ibadah puasa mencoba membuka tabir ruang-ruang pribadi yang masih
dibingkai sekap egois dan tidak mampu menyentuh dunia luar. Ini berarti, ibadah
puasa menekankan sikap kesetiakawanan sosial dan solidaritas yang tinggi
terhadap orang lain sebagai perwujudan tingkat takwa yang diliputi oleh
ketulusan dan keikhlasan.
b.
Mendidik manusia untuk bersikap jujur dan
amanah
Melalui
ibadah puasa, orang yang beriman dilarang makan, minum dan berhubungan antara
suami istri pada siang hari, hal ini dikarenakan Allah hendak memperlihatkan
faedah besar dari larangan itu. Dan yang paling utama adalah latihan bersikap
jujur dan amanah pada diri sendiri.
Jika
di segala waktu, dilarang memakan makanan yang haram, maka di waktu puasa makan
yang halalpun dilarang kalau di makan
sebelum waktu berbuka datang. Orang yang beriman akan dapat menahan hawa dan
nafsunya dalam rangka mematuhi perintah Allah, meskipun dalam keadaan seorang
diri, dimana tidak ada orang lain, namun ia tetap berpuasa, karena ia percaya
bahwa Allah melihatnya.
Pendidikan
dalam Islam anatara lain diarahkan pada pendidikan akhlak yang baik. Bersikap
jujur terhadap semua ucapan dan perbuatannya, serta amanah (terpercaya) dalam
segala hal yang dipercayakan kepadanya.
c.
Mendidik
manusia untuk hidup sederhana
Ibadah
puasa sarat dengan nilai yang mengajarkan manusia untuk memahami pentignya pola
hidup sederhana. Nilai-nilai kesederhanaan yang bisa diperoleh dari puasa dan
amaliah-amaliah Ramadhan, lebih jauh lagi akan menyadarkan orang-orang yang
beriman bahwa harta, benda, kedudukan, dan memperoleh kesempatan memperoleh
kanikmatan dunia, semuanya adalah amanat Allah swt. Manusia jangan sampai
terpukai olehkelezatan dan kemewahan dunia, meskipun diantara mereka ada yang
mampu bahkan berkelebihan dalam mendapatkannya.
Sebaliknya,
hendaknya manusia selalu mensyukuri dengan membelanjakan kenikmatan-kenikmatan
itu di jalan yang ditentukan Allah swt. Rasulullah SAW. selalu mengajarkan
sifat sederhana kepada pengikut-pengikutnya serta memperingatkan kepada umatnya
tidak menjadi pemboros. Banyak riwayat yang menyatakan tentang kesederhanaan
hidup Nabi, para sahabat Nabi, para zahid, orang-orang saleh, pemimpin umat dan
para pejuang di jalan Allah.
d.
Mendidik
manusia untuk bersifat sabar
Menurut
Al-Ghazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin, sebagaimana ditulis oleh Wahjotomo
sabar dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu sabar dalam menghadapi
cobaan (musibah), sabar dalam meninggalkan maksiat, dan sabar dalam memenuhi
perintah (taat).[12] Tiga kelompok ini dapat ditumbuhkan melalui aktivitas
berpuasa. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda yang artinya : Menceritakan kepada kami abu
bakar, menceritakan kepada kami : Abdullah bin Al-Mubarak, menceritakan kepada
kami Muhriz bin Salamah al 'Adanity, menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin
Muham, semuanya dari Musa bin "Ubaidah Dari Jumhur, dari Abu Hurairah dia
berkata Rasulullah bersabda : "Setiap sesuatu itu ada zakatnya, sedang
zakatnya badan yaitu puasa. Mukhrij dalam hadits menambahkan Rasulullah saw
bersabda : "Puasa adalah setengan dari kesabaran". (HR. Ibnu Majah)
e.
Puasa
Sebagai Pendidikan Perubahan.
Puasa
ramadhan adalah pengendalian diri dari hal-hal yang pokok seperti makan dan
minum. Kemampuan kita dalam mengendalikan diri dari hal-hal yang pokok
semestinya membuat kita mampu mengendalikan diri dari kebutuhan kedua dan
ketiga, bahkan dari hal-hal yang kurang pokok dan tidak perlu sama sekali.
Namun sayangnya, banyak orang telah dilatih untuk menahan makan dan minum yang
sebenarnya pokok, tapi tidak dapat menahan diri dari hal-hal yang tidak perlu,
misalnya ada orang yang mengatakan: "saya lebih baik tidak makan daripada
tidak merokok", padahal makan itu pokok dan merokok itu tidak perlu.
Kemampuan
kita mengendalikan diri dari hal-hal yang tidak benar menurut Allah dan
Rasul-Nya merupakan sesuatu yang amat mendesak, bila tidak, kehidupan ini akan
berlangsung seperti tanpa aturan, tak ada lagi halal dan haram, tak ada lagi
haq dan bathil, bahkan tak ada lagi pantas dan tidak pantas atau sopan dan
tidak.
Yang
jelas, selama manusia menginginkan sesuatu, hal itu akan dilakukannya meskipun
tidak benar, tidak sepantasnya dan sebagainya. Bila ini yang terjadi, apa
bedanya kehidupan manusia dengan kehidupan binatang, bahkan masih lebih baik
kehidupan binatang, karena mereka tidak diberi potensi akal, Allah berfirman
yang artinya: Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka jahannam
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. (Q. S. Al-A'raf: 179).
f.
Menumbuh
Kembangkan Kepekaan Sosial.
Setiap
manusia pada dasarnya diberikan kecintaan terhadap harta benda sebagai bagian
dari naluri mempertahankan diri ( gharizah baqa' ). Kecintaan ini memicu
lahirnya sikap bakhil ( pelit dan kikir ) serta individualis, mementingkan diri
sendiri dan enggan berbagi. Salah satu diantara sekian hikmah dan rahasia puasa
ialah memupuk solidaritas, persamaan derajat, kasih sayang, tepa selira,
kepeduliaan sesama dan kesetia kawanan sosial. Tidak hanya dalam bentuk teori
dan kata-kata belaka namun aksi dan praktik langsung. Denagan hikmah dan
rahasia ini, manusia dilatih untuk dapat meminimalisasi sikap bakhil dan
individualis dalam dirinya sehingga dia mau berbagia dengan orang lain, walau
kesukaan terhadap harta benda hakikatnya adalah naluri.
Seperti
kita ketahui, sebagian masyarakat terdiri dari golongan dhuafa an mustahd'afin.
Meraka apakah yang lemah karena faktor kultural atau struktural mengalami
kesusahan da penderitaan hidup. Setiap hari mereka menahan lapar dan dahaga,
sementara bekal makanan tidak ada sama sekali kalau tidak menipis. Puasa
baginya dalah halal yang wajar yang dialami mereka sehari-hari. Ditambah lagi
ketika berpuasa ia tidak bisa turut bersuka cita saat berbuka kecuali sekedar syukur ditengah sebagian
masyarakat merayakan buka puasa dengan pesta, mereka kaum dhuafa dan
mustadh'afin sangat membutuhkan kasih sayang dan kepedulian.
Denagan
puasa orang-orang kaya akan merasa betapa sakit dan perihnya menahan lapar,
padahal itu hanya sementara waktu. Perasaan ini akan mengingatkan mereka kepada
sebagian saudaranya yang dhuafa dan mustadh'afin yang senantiasa merasakan
lapar dan dahaga sepanjang waktu.
Banyak
orang yang menyerukan solidarita sosial, namun banyak pula yang hanya sebatas
retorika, teori, aksesoris dan kata-kata belum pada tahapan aksi dan praktik
langsun. Disinlah nilai kelebihan dari puasa sebagai mana dibuktikan oleh
Nabiyullah Yusuf a.s. Rasul Saw sendiri jika berpuasa ramadhan kedermawanan
beliau bertambah luar biasa. Apalagi usai berjumpa dengan malaikat jibril untuk
menerima wahyu. Para sahabat menggambarkan kemurahan tangan beliau melebihi
cepat dan indahna tiupan angin.
Secara
keseluruhan, esensi pendidikan karakter untuk peserta didik semuanya ada dalam
praktik berpuasa. Setidaknya dalam puasa ada tiga nilai pokok: Pertama, adanya
sikap kritis dan peduli terhadap lingkungan sosial sekitar. Kedua, adanya
pertautan antara kesalehan pribadi dan kesalehan sosial (kelompok). Ketiga,
lahirnya jiwa keagamaan yang inovatif, kreatif, dan efisien.
Ketiga
nilai puasa tersebut menjadi pedoman dalam implementasi pendidikan karakter.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada
warga sekolah/umat yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan,
dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar