Profil Al-Kindi
A. Nama, Tempat Kelahiran, Nasab dan Wafatnya
1. Nama lengkap
Adalah Abu Yusuf Yaqub Ibnu Ishaq Ibnu As-Sabbah Ibnu 'Omran Ibnu Ismail Al-Kindi, atau yang lebih dikenal sebagai Al-Kindi. ada juga redaksi lain yang sedikit berbeda yaitu Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq Al- kindi, pendapat menyatakan pendapat yang lebih kuat, karena mengambil data yang paling akurat.
2. Tempat kelahiran
Al-kindi dilahirkan di kota kuffah tahun 185 H/801M, dalam biografinya Al-kindi dilahirkan pada tahun 186H/802M. atau penghujung abad ke 8 M dan awal abad ke 9 M. Kelahiran dan kematian al-kindi sebenarnya tidak ada kevalidan dan siapa yang pernah menjadi gurunya.
Al-Kindi adalah keturunan dari suku Kinda yang merupakan bahasa Arab dikenal suku asli dari Najd (Arab Saudi saat hari). Ia dilahirkan dan dididik di Kufah, sebelum mengejar studi lanjut di Baghdad. Al-Kindi menjadi figur penting dalam Rumah Kebijaksanaan, dan sejumlah khalifah Abbasiyah menunjuk dia untuk mengawasi terjemahan teks-teks ilmiah dan filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab. Ini kontak dengan "filsafat kuno" (sebagai filsafat Yunani dan Helenistik sering disebut oleh para sarjana Muslim) telah berpengaruh besar pada pengembangan intelektual, dan membawanya untuk menulis risalah asli pada subyek mulai dari etika Islam dan metafisika untuk Islam matematika dan farmakologi.
Al-Kindi lahir di dalam istana, karena ayahnya Ishak bin shabah adalah seorang anggota kerajaan yang berkuasa di daerah Kuffah pada masa pemerintahan Al-Mahdi, salah satu Khalifah Bani Abbas, sebagaimana para penguasa Ishaq menempati sebuah istana. Di dalam istana itulah Al-Kindi lahir. Namun ketika Al-Kindi masih kecil ayahnya meninggal dunia, pada akhir masa-masa kepemerintahan Khalifah Harun Arrasyid. walaupun orang tuanya meninggal pada usia mudanya namun kehidupannya tergolong lumayan, namun ia tidak sombong dan manja ia lebih senang belajar seperti halnya al-quran,al-hadis,berhitung dan yang lainnya.
3. Nasabnya
Al-kindi merupakan orang arab asli dan tidak sedikitpun darah asing mengalir dibadannya.nasabnya sampai pada Qahthan yang merupakan orang arab asli dan merupakan keturunan bangsawan yaitu kembali kepada Ya’rab bin Qahthan, seorang suku kindah dari negeri Yaman, yang keturunannya menjadi pemimpin bangsa yaman. Mereka adalah saba’, kahlan, harist, dan lain-lain sehingga sampai pada Asy’ats bin Qais, Asy’ats merupakan salah satu sahabat, yaitu yang semasa dengan kemunculan Islam, Asy’ats sempat mendatangi rasuulullah saw, dan menjadi pimpinan rombongan rakyatnya. Ia sendiri masuk Islam di hadapan Rasulullah saw. Asy’ats meerupakan salah seorang sahabat yang meriwayatkan hadist bersama Sa’ad bin Abi Waqqas, mengikuti perang siffin di bawah pimpinan Ali bin Abi Thhalib.
4. Nama Panggilanya
Dia di panggil al-kindi, karena dihubungkan dengan kabilahnya, yaitu Al-kindah. Dia dijuluki filsuf Arab, karena dialah filsuf muslim pertama, barangkali juga karena dialah filsuf muslim yang tidak diragukan kearabannya. Perlu disebutkan bahwa berbagai literature barat telah menyelewengkan namanya menjadi Alchendius, sekalipun literature barat saat ini menulis dengan namanya yang benar, yaitu Al-kindi.
5. Wafatnya
Data-data akurat sejarah menyebutkan bahwa Al-Kindi wafat pada tahun 252H/864M. adpun sebab kematiannya karena Dia menderita penyakit dilututnya. Dia mencoba berbagai macam penyembuhan, namun tidak kunjung sembuh juga. Setelah itu rasa sakit malah pindah ke kepalanya yang menyebabkannya meninggal. Menurut pendapat A-khalili, AlKindi wafat pada tahun 260H/874M, sedangkan menurut sumber lain, dia wafat pada tahun 260H/874M.
L.Massignon mengatakan bahwa al-kindi wafat sekitar 246 H (860 M ) . C. Nallino menduga tahun 260 H (873 M ), T.J.de Baer menyebut 257 H ( 870 M ),adapun Mustafa Abd al-Raziq mengatakan tahun 252 H ( 866 H ), dan Thakut Al-Himawi menyebutkan setelah berusia 80 tahun atau lebih sedikit. Ayahnya adalah ishaq ibn al-shabbah bekerja sebagai gubernur daulah abbasiah,pada masa pemerintahan Al-Mahdi ( 775 – 785 M ) dan Harun Ar-Rasiyd (786 - 809 M ).
B. Kehidupan dan Pendidikannya
Al-Kindi menghabiskan masa kecilnya di Kuffah dalam belaian kedua orang tuanya dan di bawah naungan ayahnya. Ketika Al-Kindi masih anak-anak, ayah meninggal dunia. Meskipun Al-Kindi tumbuh sebagai seorang anak yatim, tetapi ia hidup dalam kemewahan dan kemegahan, Ia di wariskan sebuah rumah yang sangat besar seperti layaknya seorang penguasa. Keadaan yang yatim tidak mengendorkan semangatnya. Dia tetap terus mempelajari berbagai macam ilmu di kuffah, Basrah dan Bagdad. Dia memulai belajarnya dari ilmu-ilmu agama, kemudian filsafat, logika, matematika, music, astronomi, fisika, kimia, geografi, kedkteran dan tekhnik mesin. Al-Kindi mempelajari ilmu-ilmu pertamanya, seperti membaca, menulis, ilmu nahwu, menghafal A-Qur’an, beberapa hadist, sejumlah bait syair, juga belajar ilmu balaghoh. Ilmu tersebut biasa di pelajari oleh ana-anak kecil ketika mereka masih belia. Data-data sejarah tidak menyebutkan secara lengkap masa kepindahan Al-Kindi dari kufah kebagdad, atau apakah Al-kindi menerima pelajaran dan menimba ilmunya ketika Ia berada di Kuffah ataupun di bagdad.
Namun, apapun relitanya, telah diketahui sejak kecil bahwa Al-Kindi sangat tertarik pada ilmu dan pengetahuan. Ia selalu mengikuti metode para penguasa dan pemimpin agar mampu meningkatkan kedudukan mereka. Sebagaimana pikirannya juga selalu disisipi untuk mendengarkan silsilah keturunannya, yaitu apa yang diceritakan oleh orangtuannya, bahwa nenek moyangnya yang termasuk raja-raja Yaman itulah yang sangat berambisi terhadap kekuasaan dan kedudukan. Al-Kindi juga selalu meniru mereka untuk menguasai berbagai cabang ilmu dan mengoleksi banyak buku.
Dari kegemarannya itulah yang membuatnya menguasai berbagai ilmu dan menemukan berbagai penemuan-penemuan yang membuatnya memperoleh kedudukan yang tinggi dari sisi keilmuan dan pengetahuan.
Kemampuannya dalam bidang filsafat dan penemuannya dalam bidang kedokteran serta keahliannya sebagai insinyur telah diakui oleh para ilmuan lain yang hidup pada masanya. Kejeniusan dan kemampuannya dalam berbagai bidang sempat menjadi sumber kedengkian orang-orang yang dengki dan lemah jiwanya, sehingga hampir saja Al-kindi di penjara, di cambuk dan diboikot.
C. Proses Belajar Al-Kindi
Seperti apa yang diajarkan oleh islam bahwa pendidikan yang pertama kali di tanamkan kepada anak adalah ilmu kalam atau ketuhanan, begitu juga dengan alkindi, Setelah Al-Kindi menguasai ilmu kalam barulah Ia mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Ia mulai membaca ilmu kedokteran dari buku Abiqrath. Sekolah kedokteran juga telah didirikan walau masih dengan cara pengobatan alamiah, juga buku Galinus yang menjadi pegangan setiap eksperimennya.
Al-Kindi juga mempelajari filsafat. Seperti yang di ketahui bahwa bangsa Arab mewarisi ilmu filsafat dari Plato, Aristoteles, dan lain-lainnya. Namun, pada masa itu para pelajar filsafat hanya bisa membaca buku-buku mereka saja yang telah diterjemahkan. Karena itulah, Al-Kindi merasa kesulitan bila harus belajar dengan buku terjemahan. Maka, Ia lebih memilih untuk meringkas dan menafsirkan isi buku-buku terjemahan, serta sibuk mencatat dari para pakar filsafat pada masanya.
Hasrat utama Al-Kindi sebenarnya adalah ilmu matematika, dimana Ia sangat ahli dan menulis buku tenangnya. Adapun matematika sendiri pada waktu itu di ambil dari Ekledes dan Bethlumus. Al-Kindi menganggap bahwa belajar matematika sangat penting sebelum seseorang itu belajar ilmu-ilmu filsafat. Karena dengan begitu, seorang pelajar filsafat akan mampu mempelajarinya lewat pemahamannya sendiri, bukan sekadar hafalan saja.
D. Penemuan Dan Karya-Karyanya
Al-Kindi adalah seorang ilmuan besar yang setara dengan Ibnul Haitsam dan Al-Biruni. Dia memiliki pemikiran besar yang mungkin mengungguli penemuan para ilmuan besar lainnya sepanjang sejarah. Kalu saja dia tidak hidup pada masa itu, barangkali peradaban Islam tidak akan semaju waktu itu. Demikian juga pada masa Ibnul Haitsam, Al-Buruni, Al-Karakhi dan Ibnu Sina. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa perkembangan peradaban terjadinya karena pergerakan yang selalu bertambah atau dengan kata lain ada kerja berkesinambungan yang terus-manerus dilakukan antar generasi.
1. Penemuan di bidang Astronomi
Al-Kindi mengamati posisi bintang, planet dan letaknya dari bumi. Dia memperingatkan dampaknya pada bumi, kemungkinan pengukurannya, penetuan pengaruhnya sebagaimana yang terjadi pda fenomena air pasang dan surut yang sangat berkaitan erat dengan posisi bulan. Dia memiliki pemikiran yang hebat, yang menjadikannya mampu menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena alam lainnya di atas bumi, sehingga dapat menemukan penemuan baru. Diantaranya komentar seorang orientalis barat berkebangsaan Belanda, De Bour setelah melihat tesis Al-kindi bahwa hepotesanya tentang air pasang dan surut tentu didasarkan pada eksperimen.
Alkindi menulis 16 buku dan artikel dibidang astronomi, antara lain:
a. Kitab Al-Manadzhir Al-Falakiyyah
b. Kitab Mahiyatul Falak
c. Kitab Tanaha Jarmul ‘Alam, dll.
2. Penemuan dibidang ilmu alam dan fisika
Dia menulis sebanyak 12 buku dalam ilmu pengetahuan alam, adapun buku-buku tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kitab Ilmu Ar-Ra’di wa Al-Barqi wa Ats-Tsalji wa Ash-Shawa’iq wa Al-Mathar, merupakan kitab yang menafsirkan fenomena alam.
b. Kitab Fil Al-Bashariyyat’
c. Risalah Fi Zarqati As-Sama’,dll.
3. Penemuan di bidang tehnik mesin
Yaitu ilmu mekanik dalam istilah industry dan tehnik saat ini, atau ilmu yang secara khusus berhubungan dengan alat-alat , rangkaian, dan menjalankan fungsinya. Al-Kindi banyak belajar ilmu ini baik secara teoritis maupun praktis. Dia telah menjadi insinyur peradaban Islam dan turut serta dalam pelaksanaan proyek-proyek pembangunan seperti proyek penggalian kanal untuk membuka jaringan sungai Dajlah dan Furat.
4. Penemuan di bidang kimia, industi kimia dan ilmu perlogaman
Adapun karya-karya al-Kindi didalam bidang kimia dan kimia industry serta ilmu pertambangan adalah sebagai berikut:
a. Kitab Tanbih ‘Ala-khada Al-Kimyaiyin,
b. Risalan Fi Anwa Al-Ma’adin Ats-Tsaminah,
c. Kitab Shina’atiz Zujaj, dll.
5. Penemuan di bidang matematika
Al-Kindi percaya kepada pendapat para ilmuan bangsa yunani yang menjadikan ilmu matematika sebagai pengantar yang paling tepat bagi ilmu filsafat dan logika. Hal ini karena ilmu matematika melatih akal untuk berfikir benar dan teratur. Karya al-kindi dalam ilmu matematika mencapai 43 buku. 11 buku diantaranya tentang ilmu hitung dan 32 buku tentang buku geometric. Beberapa karyanya yaitu:
a. Kitab Mabadi’ Al-Hisab,
b. Kitab Al-Hisab Al-Handasi,
c. Risalah Fi Al-Ihtimalat, dll.
6. Karyanya di bidang musik
Al-Kindi memiliki tujuh karya tulis dalam bidang musik, yang di dalamnaya ber isi tentang berbagai jenis alat music, macam-macam biola, neraca music dan hubungan antara musik dan puisi. Buku-buku ini sampai sekarang masih tersimpan di perpustakaan museum britania.
Karya-karyanya antara lain:
a. Risalah Fi Al-Iqa’
b. b. Risalah Al-Madkhal Ila Shina’ati Al-Musiqa’.
7. Penemuan di bidang kedokeran dan farmasi
Al-Kindi adalah seorang dokter terkemuka. Dia telah menulis sebanyak 22 buku di bidang kedokteran dan banyak memisah-misahkan spesialisasi dalam bidang kedokteran yang penting, sebagaimana dia juga telah mendahului penggunaan sebagi salah satu alat untuk mengobati beberapa penyakit.
Beberapa karyanya yaitu:
a. Dalam bidang kedokteran;
1. Kitab Ath-Tib Al-Baqruthi,
2. Kitab Ath-thib Ar-Rauhani, dll.
b. Dalam bidang farmasi;
1. Kitab Al-Aqrabadzin,
2. Kitab Al-Abkhirah, dll.
8. Karya bidang ilmu logoka dan filsafat
Al-Kindi mendalami filsafat Yunani dan menerjemah sebagian buku-bukunya, menambah dengan keterangan dan komentar yang menunjukkan pada kemampuannya yang sangat besar dalam bidang itu. Kenyataan inilah yang membuat Khalifah Al-Ma’mun memberikan tugas kepadanya untuk menerjemahkan buku-buku karangan Aristoteles. Di juga menguasai pemikiran dan filsafat Prsia dan India. Dia menelusuri metode filsafat dan logika matematika sebagaimana yang dilakukan oleh para filsuf Yunani. Hubungan Al-Kindi yang kuat dengan filsafat memberikan dampak yang sangat besar bagi perkembangan pemikiran ilmiah nya. Al-Kindi menolak segala pemikiran yang bertententangan dengan Islam. Dan berusaha untuk memadukan antara filsafat dan pemikiran Islam. Karya-karya beliau dalam bidang filsafat berjumlah sebanyak 22 buku.
Diantaranya adalah sebagai barikut:
a. Kitab Al-Falsafah Al-Dakhilat wa Al-Masa`il Al-Mantiqiyah wa Al-Muqtashah wa Ma Fawqa Al-Thabiiyyah,
b. Kitab Al-kindi Ila Al-Mu`tashim Billah Fi Al-Falsafah Al-Ula,
c. Kitab Fi Annahu Al-Falsafah Illa Bi I’lam Al-Riyadiyah.
Al-Kindi di kenal memiliki beraneka ragam hasil karya. Bahkan, ada yang berkata bahwa daftar nama buku-buku Al-kindi bisa lebih dari 12 halaman. Adapun buku-buku yang telah di tulis Al-Kindi mencapai 241 buku dalam 17 macam bidang ilmu, sebagaimana yang disebutkan oleh ahli sejarah. Namun kebanyakan dari buku-buku tersebut telah raib, dan buku yang sampai kepada kita hanya berjumlah 50 lebih buku saja. Kebanyakan dari buku-buku itu hanya berbentuk tulisan yang tidak lebih dari beberapa pluh lembar saja.
9. Penemuan ilmu kriptologi
Kriptologi atau seni memecahkan kode sudah ditemukan ilmuwan Islam sejak berabad silam. Dalam kitab berjudul Risalah fi Istikhraj al-Muamma, filsuf Al-Kindi menuliskan naskah untuk mengurai kode atau sandi yang sulit dipecahkan. Ia juga mengklasifikasikan sandi-sandi rahasia itu serta menjelaskan ilmu fonetik Arab serta sintaksisnya. Pentingnya lagi, dalam bukunya ini ia mengenalkan penggunaan beberapa teknik statistika untuk memecahkan kode-kode rahasia.
Kitabnya mengenai kriptografi terwujud mengingat dia pakar di bidang ilmu hitung atau matematika. Di area ilmu ini, ia menulis empat buku mengenai sistem penomoran dan menjadi dasar bagi aritmatika modern. Al-Kindi berkontribusi besar dalam bidang geometri bola, bidang yang sangat mendukungnya dalam studi astronomi.
Persinggungannya dengan dunia ilmiah di pusat ilmu pengetahuan Islam pada zaman keemasan di Baghdad dimulai saat ia melamar sebagai penulis kaligrafi di House of Wisdom, akademi terpopuler kala itu. Bersama Al Khawarizmi dan Banu Musa bersaudara, ia ditugasi menerjemahkan karya-karya Yunani ke dalam bahasa Arab oleh khalifah Al Makmun. Sebenarnya, Al Kindi tak banyak terlibat dalam penerjemahan langsung. Sebab tugas intinya hanyalah menyunting naskah.
Bekerja di bidang sandi rahasia dan pesan tersembunyi dalam naskah-naskah asli Yunani dan Romawi mempertajam nalurinya dalam bidang kriptoanalisa. Ia menjabarkannya dalam sebuah makalah, yang setelah dibawa ke Barat beberapa abad sesudahnya diterjemahkan sebagai Manuscript on Deciphering Cryptographic Messages.
Di dalamnya terungkap, satu cara untuk memecahkan kode rahasia jika kita tahu bahasanya, adalah dengan menemukan satu naskah asli yang berbeda dari bahasa yang sama. Lalu kita hitung kejadian-kejadian pada tiap naskah. Pilah menjadi naskah kejadian satu, kejadian dua, dan seterusnya. Kemudian kita lihat teks rahasia yang ingin kita pecahkan, dan mulailah mengklasifikasikan simbol-simbolnya. Kita lalu menemukan simbol yang paling sering muncul, lalu ubahlah dengan catatan kejadian satu, dua dan seterusnya itu, sampai seluruh simbol itu terbaca.
Teknik Al Kindi ini kemudian dikenal sebagai analisa frekuensi dalam kriptografi, yaitu cara paling sederhana untuk menghitung persentase bahasa khusus dalam naskah asli, persentase huruf dalam kode rahasia, dan menggantikan simbol dengan huruf.
E. Pemikiran Ilmiah Al-Kindi
Secara global, fenomena pemikiran ilmiah al-kindi dan indiikator yang menunjukkan pada keistimewaannya adalah sebagai berikut:
1. Dia termasuk diantara para ilmuan pertama yang berpedoman pada metode eksperimen sebagai suatu suatu cara untuk menyimpulkan hakekat ilmiah. Sebagaimana pendapat ilmuan belanda, De Bour.
2. Di mengetahui peranan metematika dalam membangun akal dan melatihnya untuk konsisten dengan kebiasaan berfikir yang benar. Dalam hal itu, dia berkata, “Filsafat tidak dapat diperoleh kecuali dengan menguasai ilmu matematika”.
3. Al-Kindi menyadari bahwa hakekat teori ilmiah dan pemikiran tidak akan benar kecuali setelah melalui proses pematangan yang lama. Dalam hal itu, dia berkata,”kebenaran yang sempurna tidak akan di dapat oleh seseorang, karena ia akan sempurna secara bertahap dengan disempurnakan oleh para generasi pemikir”.
4. Sebagai ilmuan yang memiliki jiwa sehat, dia mengingkari pengaruh bintang-bintang kepada kadaan manusia dan membantah perkataan paranormal tentang pergerakan benda-benda langit. Sekalipun demikian, di termasuk pemerhati astronomi sebagai salah satu ilmu pengetahuan alam dan mengetahui manfaatnya secara ilmiah dalam berbagai kehidupan manusia.
5. Perhatiannya dalam bidang kimia terbatas pada manfaatnya secara ilmiah, yaitu pada bidang industry dan pengobatan. Dia menolak pemanfaatannya sebagai cara untuk merubah logam yang murah menjadi emas. Menurutnya, pekerjaan seperti ini hanya membuang waktu para ilmuwan pada sesuatu yang tidak banyak manfaatnya.
Selainpen jelasan di atas, Al-Kindi juga termasuk pemikir pertama yang membagi ilmu secara global dan dapat dimanfaatkan oleh orang-orang setelahnya. Ia membagi ilmu menjadi 2(dua) bagian: ilmu-ilmu filasafat dan ilmu agama.
Ilmu-ilmu filsafat menurut Al-Kindi mencakup matematika, logika, ilmu alam, metafisika, akhlak, dan politik. Adapun ilmu agama hanya membahas dasar-dasar agama, keyakinan, dan ketuhanan.
Al-Kindi juga berbeda pendapat dengan aristoteles dalam membagi ilmu alam, karena ia membaginya dalam dua bagian. pertama, apa yang tersusun dari materi dan gambar yaitu tubuh. Kedua, apa yang berdiri sendiri dan tidak butuh pada tubuh, namun dapat ditemukan bersama dengan tubuh, terhubung dengannya lewat salah satu kepentingan, yaitu hal yang berhubungan dengan ilmu kejiwaan. Alkindi juga termasuk orang pertama yang membuat kaidah dan dasar ilmu music. Ia mempermudah jalan sejumlah ulama dan pemikir yang dating setelahnya seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina.
Adapun hal hal yang membangkitkan perhatian Al-kindi terhadap ilmu musik adalah hubungan eratnya dengan ilmu matematika. Di samping perhatian umum pada masa itu terhadap music dan nyanyian, dimana muncul Ishaq Al-Moshuli dan Ibrahim Al-moshuli, dan lainnya. Karena itu, Al-Kindi menjadi orang pertama yang memiliki sekolah musik dalam islam, sebagaimana halnya Ishaq Al-moshuli menjadi pemilik pertama sekolah menyanyi.
Al-Kindi membagi daya jiwa menjadi tiga: daya bernafsu (appetitive), daya pemarah (irascible), dan daya berpikir (cognitive atau rational). Sebagaimana Plato, ia membandingkan ketiga kekuatan jiwa ini dengan mengibaratkan daya berpikir sebagai sais kereta dan dua kekuatan lainnya (pemarah dan nafsu) sebagai dua ekor kuda yang menarik kereta tersebut. Jika akal budi dapat berkembang dengan baik, maka dua daya jiwa lainnya dapat dikendalikan dengan baik pula. Orang yang hidupnya dikendalikan oleh dorongan-dorongan nafsu birahi dan amarah diibaratkan al-Kindi seperti anjing dan babi, sedang bagi mereka yang menjadikan akal budi sebagai tuannya, mereka diibaratkan sebagai raja. Al-kindi mengungkapkan pendapatnya ketika ingin berbicara tentang pengetahuan seraya berkata,”jiwa merupakan pancaran cahaya Ilahi yang mampu mencapai ilmu dengan tidak bergantung pada dunia, serta, mampu meliihat dan mencari hakikat.
FILSAFAT DAN AGAMA MENURUT AL-KINDI
Sebagai perintis filsafat murni dalam dunia Islam, al-Kindi memandang filsafat sebagai ilmu pengetahuan mulia, yaitu ilmu pengetahuan mengenai sebab dan realitas Ilahi yang pertama dan merupakan sebab dari semua realitas lainnya. Ia melukiskan filsafat sebagai ilmu dari segala ilmu dan kearifan dari segala kearifan. Filsafat bertujuan untuk memperkuat kedudukan dan eksistensi agama.
Seperti yang telah kita katahui, bahwa salah satu fungsi utama filasafat adalah mencari kebenaran dengan berdasarkan nalar atau akal manusia, sedangkan agama adalah sebuah kebenaran yang berdasarkan wahyu Tuhan. Pertemuan antara keduanya sangatlah rumit untuk diwujudkan. Dalam hal ini, al-Kindi melakukan pendekatan terhadap dua subjek tersebut, yakni nalar dan wahyu dengan dua tingkatan. Pertama, didasarkan atas kesamaan tujuan antara filsafat dan agama dan yang kedua, secara epistemologis.
Menurut al-Kindi, fungsi filsafat sesungguhnya bukan untuk menggugat kebenaran wahyu atau untuk menuntut keunggulan yang lancang atau menuntut persamaan dengan wahyu. Filsafat haruslah sama sekali tidak mengajukan tuntutan sebagai jalan tertinggi menuju kebenaran dan mau merendahkan dirinya sebagai penunjang bagi wahyu
Ia mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan tentang segala sesuatu sejauh jangkauan pengetahuan manusia. Karena itu, al-Kindi dengan tegas mengatakan bahwa filsafat memiliki keterbatasan dan bahwa ia tidak dapat mengatasi problem semisal mukjizat, surga, neraka, dan kehidupan akhirat. Dalam semangat ini pula, al-Kindi mempertahankan penciptaan dunia ex nihilio, kebangkitan jasmani, mukjizat, keabsahan wahyu, dan kelahiran dan kehancuran dunia oleh Tuhan.
Dalam tingkatan pertama, sebelum ia membentangkan pandangannya, lepas dari adanya kesamaan tujuan-tujuan antara agama dan filsafat, al-Kindi mempertahankan perlunya filsafat dan dapat disesuaikannya dengan agama. Uraian George N. Atiyeh, di dalam bukunya ”Al-Kindi Tokoh Filosof Muslim,” menampakkan kepiawaian al-Kindi dalam menghadapi serangan orang-orang yang fanatik dengan agama dan penentang kegiatan filosofis macam apapun juga, ia menyatakan: “Filsafat adalah suatu kebutuhan, bukan suatu kemewahan. Ia mengatakan kepada orang-orang yang fanatik tersebut, bahwa mereka harus menyatakan, berfilsafat itu perlu atau tidak perlu. Jika perlu, mereka harus memberikan alasan-alasan dan argumen-argumen untuk membuktikannya. Padahal dengan memberikan alasan-alasan dan argumen-argumen tersebut, mereka pada dasarnya telah berfilsafat. Oleh karena itu filsafat adalah perlu dalam kedua hal itu.” Pembelaan yang dikemukakan al-Kindi tersebut mempunyai arti yang sangat penting, tidak hanya karena dilakukan dalam menghadapi tantangan agama, tetapi juga diungkapkan kepada kita, bahwa al-Kindi tidak bermaksud untuk merongrong wahyu dengannya, akan tetapi sebaliknya, tujuan utamanya adalah untuk memberikan tempat bagi konsep-konsep keagamaan, diatas apa yang ia anggap merupakan landasan-landasan yang lebih kokoh dan benar, penggunaan bukti-bukti yang demonstratif.
Argumen utama yang digunakannya untuk mempertahankan filsafat adalah dengan memberikan suatu asumsi bahwa filsafat dan agama mempunyai tujuan-tujuan yang sama, yaitu pengetahuan tentang ke-esaan Tuhan dan pengejaran kebajikan. Ia menguatkan hal ini dengan mengatakan, bahwa filsafat mencakup ”teologi, ilmu pengetahuan ke-esaan Tuhan, ilmu etika, dan ilmu yang berguna bagi manusia untuk menjalankan kebaikan dan mencegah keburukan” diantara cabang-cabangnya.
Lebih lanjut al-Kindi menyatakan bahwa agama melakukan hal yang sama. Substansi semua amanat kenabian yang sebenarnya hanyalah untuk mengukuhkan ke-Ilahian Tuhan yang unik, dan memerintahkan kepada kita untuk memilih dan mengejar kebajikan-kebajikan yang paling diridlai di mata Tuhan. Dengan kata lain, al-Kindi melihat bahwa pada tingkat teoritis agama dan filsafat menggarap suatu masalah yang sama, ke-esaan Tuhan. Juga pada tingkat praktis, keduanya mempunyai tujuan-tujuan yang tidak berbeda, yaitu mendorong manusia untuk mencapai kehidupan moral yang lebih tinggi. Oleh karena itu pada kedua tingkat tersebut pemikiran al-Kindi telah memperjelas kenyataan, bahwa tidak ada perbedaan esensial antara agama dan filsafat, oleh karena keduanya mengarah kepada hal yang sama.
Disamping itu, dimasukkannya teologi di dalam filsafat oleh al-kindi, menghadapkan kita kepada suatu masalah. Jika tujuan utama filsafat untuk memperkuat kedudukan agama, maka filsafat hendaknya menjadi pembantu teologi bukan sebaliknya. Pada tingkat lainnya, masalah yang timbul dari hubungan yang ditempatkan oleh al-Kindi, antara filsafat dengan agama adalah bersifat epistemologis. Sekarang, jika filsafat dan agama mengarah kepada hal yang sama, maka apakah itu berarti bahwa filsafat setarap dengan agama. Kalau sampai pada penentuan soal pengetahuan yang lebih mendasar pengetahuan mana yang lebih pasti, yang rasional atau yang kenabian?
Al-Kindi tidak menentukan pendirian yang konsisten mengenai masalah ini. Di satu tulisannya, ia mempertahankan kepastian yang sama bagi pengetahuan rasional dan pengetahuan kenabian. Sedangkan di dalam tulisan-tulisannya mengenai psikologi, ia memasukkan pengetahuan kenabian di dalam pengetahuan rasional. Pada tulisannya yang lain lagi ia menyatakan bahwa pengetahuan rasional manusia lebih rendah daripada pengetahuan kenabian.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas bahwasanya, Al-kindi adalah nama yang dinisbatkan dari al-kindah, beliau lahir pada waktu masa-masa berahirnya daulah bani Abbasiyah, nasab beliau sampai pada seorang sahabat Nabi yaitu Al-asy’ats bin Qais, Ia merupakan seorang filsuf muslim pertama, yang juga mahir di berbagai bidang, diantaranya: music, kedokteran, ilmu matematika, astronomi, dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan.
Karya-karya beliau yang berbentuk buku sekitar 241dalam 17 bidang ilmu pengetahuan, dan juga banyak menghasilkan berbagai penemuan-penemuan baik di bidang tehnologi maupun ilmiah.
Al-kindi merupakan filosof islam yang pertama kali memperkenalkan buah pikiran filosof -filosof yunani serta memberikan analisa – analisa yang sulit di pahami pada masa itu. Dan sangat berjasa untuk menjadikan filsafat sebagai salah satu khazanah pengetahuan islam setelah disesuaikan lebih dahulu dengan agama.Sebagai mahasiswa kita bisa mengambil contoh semangatnya beliau dalam mencari ilmu dan pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Gaudah, Muhammad Gharib.147 Ilmuan Terkemuka Dalam Sejarah Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007.
Haddad, Khalid. 12 tokoh pengubah dunia, Jakarta: Gema Insani, 2009.
http/myphilosophysite.blogspot.com/090410/21.40.