Minggu, 14 Juli 2013

Nilai Pendidikan Karakter Pada Puasa Ramadhan

binamuslim.com
Ramadhan merupakan bulan dimana kaum muslimin semua menjalankan puasa secara penuh satu bulan. Allah swt telah memerintahkan ummat Muhammad saw kewajiban puasa pada bulan ini, seperti termaktub dalam QS. Al-Baqarah Ayat 183.
Pada tulisan dibawah ini sya akan sedikit mengulas tentang nilai-nilai pendidikan yang ada dalam kewajiban menjalankan puasa ini.
1)    Ibadah puasa dapat mendidik manusia menjadi pribadi muslim yang bertaqwa
Tujuan utama Allah SWT. mensyari’atkan ibadah puasa adalah supaya manusia bertaqwa, sebagaimana firman Allah SWT dalam teks Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat ke 183 :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. 2:183)
Muhammad Ibrahim At-Tuwaijiri mengemukakan bahwa ibadah puasa merupakan sarana untuk mendidik atau membentuk  manusia, supaya dapat menjadi pribadi yang bertaqwa kepada Allah SWT.[8] dengan mengerjakan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan yang telah ditentukan. Dimana didalam ibadah puasa ada hal-hal yang harus dikerjakan sebagai syarat atau rukun ibadah puasa dan ada pula hal-hal yang harus ditinggalkan supaya ibadah puasa yang dikerjakan dapat diterima disisi Allah SWT.
Inilah hal utama yang menjadi nilai pendidikan Islam yang dapat diambil dari ibadah puasa, dimana pendidikan didalam islam diarahkan pada tujuan utama diciptakannya manusia yaitu untuk mengabdi kepada Allah SWT, mengerjakan hal-hal yang diperintahkan dan menjauhi hal-hal yang dilarang (Taqwa).
2)    Ibadah puasa dapat menjadi sarana pendidikan akhlak dan latihan jiwa
a.       Mendidik manusia berjiwa sosial tinggi
Di dalam ibadah puasa semua orang merasakan rasa lapar dan dahaga tanpa pandang bulu baik orang kaya ataupun miskin, tua maupun muda, semua sama dihadapan Allah swt. Sehingga dengan persamaan demikian akan tertanam dalam dirinya rasa persamaan (musawah), perasaan demikian diharapkan membekas dan menjadi prinsip kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Dengan demikian, maka puasa merupakan salah satu proses menuju terbentuknya masyarakat yang menjungjung tinggi nilai persamaan, keadilan dan pemerataan. Di sisi lain, nilai-nilai sosial pada puasa tidak berhenti pada praktek puasa itu saja. Dalam kenyataannya puasa merupakan salah satu sistem yang jitu untuk dapat menghilangkan sifat angkuh, sombong, bakhil, egois, dan sifat tidak terpuji lainnya. Sebab dengan berpuasa, maka seorang mukmin akan mengetahui dan menyadari betapa lemah dirinya.
Aspek sosial sebagai perwujudan dari pengaruh puasa ini, bisa dicapai jika kita mampu menanamkan secara teguh kesadaran akan kehadiran orang lain dalam diri kita. Maka, ibadah puasa mencoba membuka tabir ruang-ruang pribadi yang masih dibingkai sekap egois dan tidak mampu menyentuh dunia luar. Ini berarti, ibadah puasa menekankan sikap kesetiakawanan sosial dan solidaritas yang tinggi terhadap orang lain sebagai perwujudan tingkat takwa yang diliputi oleh ketulusan dan keikhlasan.
b.       Mendidik manusia untuk bersikap jujur dan amanah
Melalui ibadah puasa, orang yang beriman dilarang makan, minum dan berhubungan antara suami istri pada siang hari, hal ini dikarenakan Allah hendak memperlihatkan faedah besar dari larangan itu. Dan yang paling utama adalah latihan bersikap jujur dan amanah pada diri sendiri.
Jika di segala waktu, dilarang memakan makanan yang haram, maka di waktu puasa makan yang  halalpun dilarang kalau di makan sebelum waktu berbuka datang. Orang yang beriman akan dapat menahan hawa dan nafsunya dalam rangka mematuhi perintah Allah, meskipun dalam keadaan seorang diri, dimana tidak ada orang lain, namun ia tetap berpuasa, karena ia percaya bahwa Allah melihatnya.
Pendidikan dalam Islam anatara lain diarahkan pada pendidikan akhlak yang baik. Bersikap jujur terhadap semua ucapan dan perbuatannya, serta amanah (terpercaya) dalam segala hal yang dipercayakan kepadanya.
c.       Mendidik manusia untuk hidup sederhana
Ibadah puasa sarat dengan nilai yang mengajarkan manusia untuk memahami pentignya pola hidup sederhana. Nilai-nilai kesederhanaan yang bisa diperoleh dari puasa dan amaliah-amaliah Ramadhan, lebih jauh lagi akan menyadarkan orang-orang yang beriman bahwa harta, benda, kedudukan, dan memperoleh kesempatan memperoleh kanikmatan dunia, semuanya adalah amanat Allah swt. Manusia jangan sampai terpukai olehkelezatan dan kemewahan dunia, meskipun diantara mereka ada yang mampu bahkan berkelebihan dalam mendapatkannya.
Sebaliknya, hendaknya manusia selalu mensyukuri dengan membelanjakan kenikmatan-kenikmatan itu di jalan yang ditentukan Allah swt. Rasulullah SAW. selalu mengajarkan sifat sederhana kepada pengikut-pengikutnya serta memperingatkan kepada umatnya tidak menjadi pemboros. Banyak riwayat yang menyatakan tentang kesederhanaan hidup Nabi, para sahabat Nabi, para zahid, orang-orang saleh, pemimpin umat dan para pejuang di jalan Allah.
d.      Mendidik manusia untuk bersifat sabar
Menurut Al-Ghazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin, sebagaimana ditulis oleh Wahjotomo sabar dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu sabar dalam menghadapi cobaan (musibah), sabar dalam meninggalkan maksiat, dan sabar dalam memenuhi perintah (taat).[12] Tiga kelompok ini dapat ditumbuhkan melalui aktivitas berpuasa. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda  yang artinya : Menceritakan kepada kami abu bakar, menceritakan kepada kami : Abdullah bin Al-Mubarak, menceritakan kepada kami Muhriz bin Salamah al 'Adanity, menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Muham, semuanya dari Musa bin "Ubaidah Dari Jumhur, dari Abu Hurairah dia berkata Rasulullah bersabda : "Setiap sesuatu itu ada zakatnya, sedang zakatnya badan yaitu puasa. Mukhrij dalam hadits menambahkan Rasulullah saw bersabda : "Puasa adalah setengan dari kesabaran". (HR. Ibnu Majah)
e.       Puasa Sebagai Pendidikan Perubahan.
Puasa ramadhan adalah pengendalian diri dari hal-hal yang pokok seperti makan dan minum. Kemampuan kita dalam mengendalikan diri dari hal-hal yang pokok semestinya membuat kita mampu mengendalikan diri dari kebutuhan kedua dan ketiga, bahkan dari hal-hal yang kurang pokok dan tidak perlu sama sekali. Namun sayangnya, banyak orang telah dilatih untuk menahan makan dan minum yang sebenarnya pokok, tapi tidak dapat menahan diri dari hal-hal yang tidak perlu, misalnya ada orang yang mengatakan: "saya lebih baik tidak makan daripada tidak merokok", padahal makan itu pokok dan merokok itu tidak perlu.
Kemampuan kita mengendalikan diri dari hal-hal yang tidak benar menurut Allah dan Rasul-Nya merupakan sesuatu yang amat mendesak, bila tidak, kehidupan ini akan berlangsung seperti tanpa aturan, tak ada lagi halal dan haram, tak ada lagi haq dan bathil, bahkan tak ada lagi pantas dan tidak pantas atau sopan dan tidak.
Yang jelas, selama manusia menginginkan sesuatu, hal itu akan dilakukannya meskipun tidak benar, tidak sepantasnya dan sebagainya. Bila ini yang terjadi, apa bedanya kehidupan manusia dengan kehidupan binatang, bahkan masih lebih baik kehidupan binatang, karena mereka tidak diberi potensi akal, Allah berfirman yang artinya: Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. (Q. S. Al-A'raf: 179).
f.       Menumbuh Kembangkan Kepekaan Sosial.
Setiap manusia pada dasarnya diberikan kecintaan terhadap harta benda sebagai bagian dari naluri mempertahankan diri ( gharizah baqa' ). Kecintaan ini memicu lahirnya sikap bakhil ( pelit dan kikir ) serta individualis, mementingkan diri sendiri dan enggan berbagi. Salah satu diantara sekian hikmah dan rahasia puasa ialah memupuk solidaritas, persamaan derajat, kasih sayang, tepa selira, kepeduliaan sesama dan kesetia kawanan sosial. Tidak hanya dalam bentuk teori dan kata-kata belaka namun aksi dan praktik langsung. Denagan hikmah dan rahasia ini, manusia dilatih untuk dapat meminimalisasi sikap bakhil dan individualis dalam dirinya sehingga dia mau berbagia dengan orang lain, walau kesukaan terhadap harta benda hakikatnya adalah naluri.
Seperti kita ketahui, sebagian masyarakat terdiri dari golongan dhuafa an mustahd'afin. Meraka apakah yang lemah karena faktor kultural atau struktural mengalami kesusahan da penderitaan hidup. Setiap hari mereka menahan lapar dan dahaga, sementara bekal makanan tidak ada sama sekali kalau tidak menipis. Puasa baginya dalah halal yang wajar yang dialami mereka sehari-hari. Ditambah lagi ketika berpuasa ia tidak bisa turut bersuka cita saat berbuka  kecuali sekedar syukur ditengah sebagian masyarakat merayakan buka puasa dengan pesta, mereka kaum dhuafa dan mustadh'afin sangat membutuhkan kasih sayang dan kepedulian.
Denagan puasa orang-orang kaya akan merasa betapa sakit dan perihnya menahan lapar, padahal itu hanya sementara waktu. Perasaan ini akan mengingatkan mereka kepada sebagian saudaranya yang dhuafa dan mustadh'afin yang senantiasa merasakan lapar dan dahaga sepanjang waktu.
Banyak orang yang menyerukan solidarita sosial, namun banyak pula yang hanya sebatas retorika, teori, aksesoris dan kata-kata belum pada tahapan aksi dan praktik langsun. Disinlah nilai kelebihan dari puasa sebagai mana dibuktikan oleh Nabiyullah Yusuf a.s. Rasul Saw sendiri jika berpuasa ramadhan kedermawanan beliau bertambah luar biasa. Apalagi usai berjumpa dengan malaikat jibril untuk menerima wahyu. Para sahabat menggambarkan kemurahan tangan beliau melebihi cepat dan indahna tiupan angin.
Secara keseluruhan, esensi pendidikan karakter untuk peserta didik semuanya ada dalam praktik berpuasa. Setidaknya dalam puasa ada tiga nilai pokok: Pertama, adanya sikap kritis dan peduli terhadap lingkungan sosial sekitar. Kedua, adanya pertautan antara kesalehan pribadi dan kesalehan sosial (kelompok). Ketiga, lahirnya jiwa keagamaan yang inovatif, kreatif, dan efisien.

Ketiga nilai puasa tersebut menjadi pedoman dalam implementasi pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah/umat yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar