Jumat, 22 April 2011

Hisab Rukyah Falaq (arah kiblat)

HISAB PRAKTIS ARAH QIBLAT  *
Oleh Ahmad Izzuddin, M.Ag  * *

         Menentukan arah Qiblat hanya masalah arah yaitu ke arah Ka’bah (Baitullah) di kota Mekah yang dapat diketahui dari setiap titik di permukaan bumi ini, dengan berbagai cara yang nyaris dapat dilakukan oleh setiap orang. Di sini penulis akan menyampaikan cara mengetahui arah Qiblat yang praktis dengan mengetahui hisabnya yang praktis pula.

A.         Dengan Menentukan Azimuth Qiblat


      Azimuth Qiblat adalah arah atau garis yang menunjukkan ke Qiblat (Ka’bah)
Data yang diperlukan :
a.      Lintang tempat (Ardhul balad) yakni jarak dari daerah yang dimaksud sampai katulistiwa diukur sepanjang garis bujur. Katulistiwa adalah lintang 0 0 dan titik kutub bumi adalah lintang 90 0. Jadi nilai lintang lintang berkisar  antara 0 0 sampai 90 0. Di sebelah selatan Katulistiwa disebut Lintang Selatan, diberi tanda negatif (-), di selelah utara katulistiwa disebut lintang utara diberi tanda positif (+).
b.      Bujur tempat (Thulul balad) yakni jarak dari daerah yang dimaksud ke garis bujur yang melalui kota Greenwich dekat London. Sebelah barat kota Greenwich sampai 180 0 disebut Bujur Barat (BB), dan sebelah timur kota Greenwich sampai 180 0 disebut Bujur Timur (BT). Bujur Barat berimpit dengan 180 0 Bujur Timur yang melalui selat Bering Alaska. Garis Bujur 180 0 ini dijadikan pedoman pembuatan Garis Batas Tanggal Internasional (Internasional Date Line).
c.       Lintang tempat kota Mekkah 21 0 25 ‘ 14.7” LU
d.     Bujur kota Mekkah 39 0 49 ‘ 40.0” BT 1)
RUMUS :

Tan Q  =  tan LM x cos LT x cosec SBMD – sin LT x cotg SBMD      

Keterangan : LM : lintang Mekkah        LT : Lintang Tempat 2)        
                    SBMD : Selisih Bujur Mekkah Daerah
Contoh Semarang  070 0’ LS 110 0  24 ‘ BT

Langkah : ==è cari SBMD 110 0  24’ – 39 0 49’ 40.0” = 70 0  34’ 20”

Cara pejet  110 0  24 0  – 39 0 49 0  40.0 0 = shift 0
Langkah berikutnya masukkan ke rumus :
==è Tan Q = tan 21 0 25’ 14.7” x cos -7 0  x cosec 70 0 34’ 20” –   sin -7 0  x   cotg 70 0 34’ 20”
Cara pejet kalkulator I (fx3600 Pv/fx220 fraction/fx901x/fx 350D) :
                ==è 21 0 25 0 14.7 0  tan x 7 0  +/- cos x 70 0 34 0  20 0 sin shift 1/x – 7 0 +/- sin x 70 0 34 0  20 0 tan shift 1/x = shift tan shift 0 ===è 24 0 30’ 26.69”
Cara pejet kalkulator II ==èShift Tan (tan  21 0 25 0 14.7 0 x Cos (-) 7 0 x ( Sin 70 0 34 0  20 0 ) x-1 - Sin (–) 7 0 x ( Tan 70 0 34 0  20 0 )x-1 = shift 0 ===è 24 0 30’ 26.69”

Jadi Azimuth Qiblat untuk kota Semarang =è 240 30’ 26.69” dari titik Barat ke Utara atau 650 29‘33.31” dari titik Utara ke Barat atau  2940 30’ 26.69” UTSB.
Untuk mengfungsikan hasil hisab tersebut dalam penentuan arah qiblat maka langkah yang dapat dilakukan adalah
Pertama,  mengetahui arah Utara sebenarnya ( True North ) terlebih dahulu dapat dengan kompas3 ) atau tongkat istiwa dengan bantuan posisi matahari.
Di antara cara-cara tersebut di atas yang paling mudah, murah dan memperoleh hasil yang teliti adalah dengan mempergunakan tongkat istiwa yang dilakukan pada siang hari.  Dengan langkah :
1.            Tancapkan sebuah tongkat lurus pada sebuah pelataran datar yang berwarna putih cerah. Panjang tongkat 30 cm diameter 1 cm (umpamanya). Ukurlah dengan lot dan  atau waterpas sehingg pelataran ditemukan benar-benar datar dan tongkat betul-betul tegak lurus terhadap pelataran.
2.            Lukislah sebuah lingkaran berjari-jari sekitar 20 cm berpusat pada pangkal tongkat.
3.            Amati dengan teliti bayang-bayang tongkat beberapa jam sebelum tengah hari sampai  sesudahnya. Semula tongkat akan mempunyai bayang-bayang panjang menunjuk ke arah  barat. Semakin siang, bayang-bayang semakin pendek lalu berubah arah sejak tengah hari. Kemudian semakin lama bayang-bayang akan semakin panjang lagi menunjuk arah timur. Dalam perjalanan seperti itu, ujung bayang-bayang tongkat akan menyentuh lingkaran 2 kali pada 2 tempat, yaitu sebelum tengah hari dan sesudahnya. Keduanya sentuhan itu kita beri tanda, lalu dihubungkan satu sama lain dengan garis lurus. Garis tersebut merupakan garis arah Barat Timur secara tepat.
4.            Lukislah garis tegak lurus (90 derajat) pada garis barat timur tersebut, maka akan memperoleh garis utara selatan yang persis menunjuk titik utara sejati.4)
Kedua, setelah kita mendapatkan arah utara selatan yang akurat, kita dapat mengukur arah Qiblat dengan cara :
a.            Bantuan busur derajat  atau rubu mujayyab dengan mengambil  posisi 24 0  30 ‘ 26. 69 “ dari titik barat ke utara atau  65 0  29 ‘ 33.31”. Dan itulah arah Qiblat.
b.            Atau  garis segitiga siku yakni setelah ditemukan arah utara selatan maka buat garis datar 100 cm (sebut saja titik A sampai B). Kemudian dari titik B, dibuat garis persis tegak lurus ke arah barat (sebut saja B  sampai C). Dengan mempergunakan perhitungan goniometris, yakni tangen 65 0  29 ‘ 33.31” x 100 cm, maka akan diketahui panjang garis ke arah barat (titik B sampai titik C)  yakni 219. 35 cm. Kemudian kedua ujung garis titik A ditemukan dengan garis titik C jika dihubungkan  membentuk garis dan itulah garis arah Qiblat.
      

B.          Dengan Cara Mengetahui Rashdul Qiblat


Rashdul Qiblat adalah ketentuan waktu di mana bayangan benda yang terkena sinar matahari menunjuk arah Qiblat. Sebagaimana dalam kalender Menara Kudus KH Turaichan ditetapkan tanggal 28/27 Mei dan tanggal 15/16 Juli pada tiap-tiap tahun sebagai “Yaumir Rashdil Qiblat”.5) Namun demikian pada hari-hari selain tersebut mestinya juga dapat ditentukan jam Rashdul Qiblat / Arah Qiblat  dengan bantuan sinar matahari. Perlu diketahui bahwa jam Rashdul Qiblat tiap hari mengalami perubahan karena terpengaruh oleh deklinasi matahari.
Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menentukan jam Rashdul Qiblat :
1.      Menentukan Bujur Matahari / Thulus Syamsi (jarak yang dihitung dari 0 buruj 0 0 sampai dengan matahari melalui lingkarang ekliptika menurut arah berlawanan dengan putaran jarum jam
Dengan alternatif rumus :
Rumus  I. Menentukan buruj    :
                  Untuk bulan 4 s.d. bulan 12 dengan rumus (min) – 4 buruj.
                 Untuk bulan 1 s.d. bulan 3 dengan rumus (plus) + 8 buruj.
            II. Menentukan  derajat :
                 Untuk bulan 2 s.d. bulan 7 dengan rumus (plus) + 9 0
                 Untuk bulan 8 s.d. bulan 1 dengan rumus (plus) + 8 0.
  Contoh perhitungan :
 Menentukan BM pada tgl 28 Mei        ====è      5   buruj   28 0                                                                                         =è    - 4           +9
                                                                       ==è       2  buruj     7 0
      Jadi BM untuk tanggal 28 Mei         ===è        2 buruj     7 0.
II.     Menentukan Selisih Bujur Matahari (SBM) yakni jarak yang dihitung dari matahari sampai dengan buruj katulistiwa (  buruj 0 atau buruj 6 dengan pertimbangan yang terdekat).
Dengan rumus :
-   1. Jika BM  < 90 0 maka rumusnya  SBM = BM yang diderajatkan
-   2. Jika BM antara 90 0 s.d. 180 0   rumusnya 180 – BM
-   3. Jika BM antara 180 0 s.d. 270 0 rumusnya BM – 180
-   4. Jika BM antara 270 0 s.d. 360 0  rumusnya 360 – BM
Contoh perhitungan :
Menentukan SBM pada tanggal 28 Mei            ===è BM   2 buruj    07  0
                 ==è 2 x 30 = 60 0  plus 07 0 ==è 67 0 
                 ==è sehingga masuk rumus ke 1. 
III  Menentukan Deklinasi matahari  ( Mail Awwal li al-syamsi ) yakni jarak posisi matahari dengan ekuator / katulistiwa langit diukur sepanjang lingkaran deklinasi atau lingkaran waktu. Deklinasi sebelah utara ekuator diberi tanda positif (+) dan sebelah selatan ekuator diberi tanda negatif (-).
Ketika matahari melintasi katulistiwa  deklinasinya adalah 0 0, hal ini terjadi sekitar tanggal 21 Maret dan 23 September. Setelah melintasi katulistiwa pada tanggal 21 Maret matahari bergeser ke utara hingga mencapai garis balik utara (deklinasi + 23 0 27’) sekitar tanggal 21 Juni kemudian kembali bergeser ke arah selatan sampai pada katulistiwa lagi sekitar pada tanggal 23 September, setelah itu bergeser terus ke arah selatan hingga mencapai titik balik selatan (deklinasi – 23 0 27’) sekitar tanggal 22 Desember, kemudian kembali bergeser ke arah utara hingga mencapai katulistiwa lagi sekitar tanggal 21 Maret. Demikian seterusnya.
Dengan Rumus deklinasi  ====è
Sin Deklinasi = sin SBM x sin Deklinasi terjauh ( 23 0 27‘ )
Keterangan : SBM : Selisih Bujur Matahari
Dengan ketentuan deklinasi positif ( + ) jika deklinasi sebelah utara ekuator  yakni BM pada 0 buruj sampai 5 buruj dan deklinasi negatif ( - ) jika deklinasi sebelah selatan ekuator yakni BM pada 6 buruj sampai 11 buruj.
         Contoh perhitungan untuk tanggal 28 Mei
         ====è sin 67 0 x sin 23 0 27’
Cara pejet kalkalator  I  ==è   67 0 sin x 23 0 27 0 sin = shift sin shift 0
 Cara pejet kalkulator II ==è  Shift Sin (Sin 67 0 x Sin 23 0 27 0 = shift 0
 Hasil ===è    21 0 29’ 18.42 ”  
===è  karena BM  2 buruj 07 0 maka deklinasi positif (+)
Jadi deklinasi untuk tanggal 28 Mei   ===è  21 0 29’ 18.42” 5 )
III.                   Menentukan Rashdul Qiblat dengan rumus
Rumus I : Sin LT x  Cotg AQ = Cotg A
Rumus II : Tan Dekl x  Cotg LT x Cos A = Cos B + A  
Keterangan : LT : Lintang Tempat         AQ : Azimuth Qiblat
         Contoh  ==è Lintang Tempat Semarang 7 0  0’ LS (- 7 0 0’)
                     Azimuth Qiblat Semarang  24 0 30’ 26.69”
Deklinasi tanggal 28 Mei  21 0 29’ 18.42”
                          Rumus I  ===è sin - 7 0 0’ x Cotg 24 0  30’ 26.69” = Cotg A
Cara pejet I  ==è 7 0 +/- sin x 24 0 30 0 26.69 0 tan shift 1/x = shift 1/x shift tan shift0 =è - 75 0 1’ 59.91”
Cara pejet II  ==èShift Tan ( Sin (-) 7 0 x ( Tan 24 0 30 0 26.69 0 )x-1 )x-1=  shift0 =è - 75 0 1’ 59.91”
                           Rumus II =====è tan  21 0 29’ 18.42”  x  cotg – 7 0  x cos – 75 0 1’ 59.91” = cos B + A
           Cara pejet I  ===è 21 0 29 0 18.42 0 tan x 7 0  +/- tan shift 1/x x 75 0 1 0 59.91 0 +/- cos = shift   cos  + 75 0 10 59.91 0 +/- =   70.86433124  : 15 = + 12 = shift 0
                                  ===è jam  16. 43. 27.44   WH
            Cara pejet II ===è Shift Cos ( Tan 21 0 29 0 18.42 0 x ( Tan (-) 7 0 ) x-1  x Cos (-) 75 0 1 0 59.91 0  =  + (-) 75 0 10 59.91 0 = 70.86433124  : 15 = + 12 = shift 0
                                 ===è jam  16. 43. 27.44   WH

Jadi pada jam 16. 43. 27.44   WH  bayang-bayang benda dari sinar matahari adalah arah Qiblat.

IV.  Menjadikan  Waktu Daerah : Indonesia sekarang terbagi dalam tiga waktu daerah yakni Waktu Indonesia Barat (WIB) bujur daerah  = 105 0  , Waktu Indonesia Tengah (WITA) bujur daerah = 120 0 , Waktu Indonesia Timur (WIT) bujur daerah = 135 0 
 
Rumus : Waktu Daerah : WH – PW + (BD –BT)
 
Contoh kelanjutan =è  pukul 16. 43. 27.44 – PW 6) + ( BD – BT)
===è  pukul16.43.27.44 - (0.3.) +(1050–1100 24’)
caranya  0  (derajat)  dijadikan jam dulu
cara pejet ===è105 0 – 110 0 24 0 = shift 0 : 15 = shift 0
                  Hasilnya ===è - 0. 21. 36
                  Jadinya  ===è 16 0 43 0 27.44 0 - 0 0 3 0 – 0 0 21 0 36 0 = shift 0
                   ==è 16. 18. 51.44  WIB 
          Jadi Rashdul Qiblat pada tanggal  28 Mei adalah pada jam  16. 18. 51.44 WIB
         Kemudian langkah berikutnya yang harus ditempuh dalam rangka penerapan waktu rashdul Qiblat adalah :
a.      Tongkat atau benda apa saja yang bayang-bayangnya dijadikan pedoman hendaknya betul-betul berdiri tegak lurus pada pelataran. Ukurlah dengan mempergunakan lot atau lot itu sendiri dijadikan fungsi sebagai tongkat dengan cara digantung pada jangka berkaki tiga (tripod) atau dibuatkan tiang sedemikian rupa sehingga benang lot itu dapat diam dan bayangannya mengenai pelataran, tidak terhalang benda-benda lain.
b.      Semakin tinggi atau panjang tongkat tersebut, hasil yang dicapai semakin teliti.
c.       Pelataran harus betul-betul datar. Ukurlah pakai timbangan air (waterpas).
d.     Pelataran hendaknya putih bersih agar bayang-bayang tongkat terlihat jelas. Sehingga bayang-bayang yang terbentuk pada jam 16. 18. 51.44 WIB adalah Rashdul Qiblat.
 
Jika tersedia, lebih tepat mempergunakan theodolite yang dilengkapi dengan filter cahaya. Caranya pada waktu matahari  persis di atas zenith Ka’bah atau persis pada azimuth Ka’bah sesuai dengan perhitungannya, arahkan teropong theodilte pada matahari, bidiklah agar titik pusat matahari persis pada titik pusat (garis silang teropong). Kemudian matikan gerak datar teropong, lalu teropong arahkan ke suatu titik pada lokasi, beri tanda. Maka garis dari pusat theodolite kepada tanda tersebut merupakan garis arah Qiblat yang tepat.


* Materi ini disampaikan pada Diklat Peningkatan Wawasan Tugas Tenaga Hisab Rukyah Tingkat Lanjutan Departemen Agama propinsi Jawa Tengah dan D I Yogyakarta, Semarang, 14 – 18 September 2006.
* * Penulis adalah Dosen Ilmu Falak Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, Pengasuh  Pesantren  Mahasiswa Daarun Najaah Jrakah Tugu  Semarang, lagi menempuh S.3 di PPs IAIN Walisongo Semarang, telp. 024 8664881, Hp. 081 228 28 471
1) Berdasarkan hasil penelitian Drs. H. Nabhan Saputra pada tahun 1994 dengan menggunakan Global Positioning System (GPS).  Sedangkan hasil penelitian  Saaduddin Djambek  tahun 1972 : lintang Mekah 21 0  25’  dengan bujur Mekah 390  50 ‘ . Dan dalam Daftar Lintang dan Bujur Kota-kota penting di Dunia oleh Offset Yogyakarta lintang Mekah 21 0  30’ dengan bujur Mekkah 39 0   58’ .
2)  Daftar bujur dan lintang tempat kota-kota di Indonesia dapat dilihat dalam Atlas DER GEHELE, oleh PR BOS – JF. NERMEYER, JB. WOLTER – GRONINGEN, Jakarta , 1951. Namun pakai GPS akan mendapatkan hasil data yang lebih akurat.
3 ) Setelah kompas beredar di masyarakat, maka alat inipun dimanfaatkan pula oleh kaum muslimin untuk menentukan arah Qiblat. Kompas tersebut berfungsi untuk menentukan arah utara – selatan. Alat ini cukup praktis dan mudah digunakan oleh siapa saja namun mempunyai kelemahan-kelemahan terutama jika alat  ini dipergunakan pada tempat yang banyak mengandung logam atau besi. Di samping itu alat ini juga tidak persis menunjukkan ke arah utara sejati namun ada penyimpangan yang dikenal dengan variasi magnit, nilainya untuk setiap tempat berbeda-beda. Oleh karena itu alat ini hanyalah penunjuk arah ancer-ancer.
    Sekarang ada juga alat yang sangat praktis untuk menentukan arah qiblat dan banyak digunakan oleh masyarakat luas yakni Kompas Qiblat. Sistim kerja kompas Qiblat ini sama seperti kompas biasa, bedanya kalau kompas biasa piringannya diberi skala 360 derajat yang berarti mempergunakan satuan derajat busur sedangkan piringan kompas Qiblat hanya dibagi 40 bagian yang berarti skala tiap satu bagian bernilai 9 derajat busur. Di samping itu, kompas Qiblat dilengkapi dengan buku petunjuk yang berisi daftar kota seluruh dunia berikut angka pedoman arah Qiblatnya masingt-masing. Dengan menempatkan jarum kompas menunjuk kepada angka tersebut maka secara otomatis tanda panah penunjuk arah Qiblat (yang juga menunjukan angka nol) merupakan arah Qiblat dari kota dimaksud.  Namun demikian, perlu diketahui bahwa penunjuk arah Qiblat dalam kompas Qiblat ini hanyalah taksiran (ancer-ancer saja). Karena menurut hasil penelitian kompas Qiblat selama ini masih mempunyai penyimpangan arah Qiblat  yang tidak sedikit bahkan ada kota-kota tertentu yang mencapai 20 derajat.   
a. Untuk menjaga kemungkinan terhalangnya sinar matahari pada saat ujung bayang-bayang tongkat hampir menyentuh lingkaran, perlu dibuatkan beberapa lingkaran dengan jari-jari yang berbeda. Sehingga mempunyai banyak kemungkinan memperoleh titik sentuhan ujung bayang-bayang   tongkat pada lingkaran.
b.  Ujung tongkat jangan dibuat runcing sebab bayang-bayang akan kabur tidak jelas.
c.  Makin tinggi ukuran tongkat yang dipakai, makin panjang ukuran bayang-bayangnya. Akibatnya akan makin jelas  perubahan letak ujung bayang-bayang  sehingga lebih cermat dan teliti.
d.       Sebagaimana diketahui, sebenarnya setiap saat posisi matahari berubah. Perubahan deklinasi terutama lebih mempengaruhi pengamatan. Oleh karena itu, dalam pengamatan yang serius harus kita pilih hari atau tanggal saat perubahan deklinasi matahari  harganya kecil. Hal ini terjadi pada saat matahari ada di titik balik utara atau sekitarnya atau di titik balik selatan atau sekitarnya. Kedua titik balik itu masing-masing pada tanggal 21 Maret dan 23 September.
5) Dengan cara mengamati matahari tepat berada di atas Ka’bah. Di mana menurut perhitungan setiap tanggal 28 Mei (untuk tahun bashitoh) atau 27 Mei ( untuk tahun kabisath ) untuk Semarang pada pukul 16. 17. 58.16 WIB, dan juga pada tanggal 15 Juli (untuk tahun bashitoh) atau 16 Juli (untuk tahun kabisath) untuk Semarang pada pukul 16. 26. 12.11 WIB.  
5 )  Atau kita bisa memakai data deklinasi kontemporer seperti dari Almanak Nautika yang diterbitkan setiap setahun sekali, seperti untuk tanggal 28 Mei 2002 deklinasi didapatkan data 21 0  25 ‘ 42 “.
6) Perata waktu  atau Equation of Time bisa dilihat dalam tabel KH Zubaer dalam kitabnya Khalasatul Wafiyah dengan cara memasukkan data BM (Bujur Matahari). Atau melihat data perata waktu kontemporer seperti data dalam  Al-Manak Nautika, di mana untuk tanggal 28 Mei 2002 , perata waktunya  0 j  02 ‘ 51 “ .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar