Sabtu, 14 Mei 2011

Keutaman Islam di Hadist Nabi

A.    Pengertian Islam
Secara etimologi, Islam berarti tunduk dan menyerah sepenuhnya pada Allah swt. Secara terminologi, adalah agama yang dilandasi oleh lima dasar, yaitu:
·         Syahadatain.
·         Menunaikan shalat wajib pada waktunya, dengan memenuhi syarat, rukun dan memperhatikan adab dan hal-hal yang sunnah.
·         Mengeluarkan zakat.
·         Puasa di bulan ramadhan.
·         Haji sekali seumur hidup bagi yang mampu, mempunyai biaya untuk ketanah suci dan mampu memenuhi kebutuhan keluarga yang di tinggalkan.[1]
Hal ini sesuai dengan penjelasan hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Umar ra, didalam hadist itu menceritakan tentang seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya yang sangat legam. Dia bertanya langsung kepada Nabi tentang Islam sambil menempelkan lututnya pada lutut Nabi, nabi menjawab “ Islam itu engkau  bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah, melaksanakan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa ramadhan, dan menunaikan haji ke baitullah, jika engkau mampu...”[2]
B.     Rukun Islam
Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Khattab ra, berkata, aku pernah mendengar rasulullah saw bersabda,
Islamdibangun di atas lima (pondasi) : (1) Persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah, (2) melaksanakan shalat, (3) mengeluarkan zakat, (4) haji ke Baitullah, dan (5)puasa ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)[3].
Dalam hadist ini Rasuluulah saw, mengilustrrasikan islam dengan sebuah bangunan yang tertata rapi. Tegak diatas fondasi-fondasi yang kokoh. Fondasi-fondasi tersebut adalah:
1.      Dua kalimat Syahadat.
Kesaksian bahwa tidak da Tuhan selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah. Artinya, mengakui adanya Allah yang tunggal, dan membenarkan kenabian dan kerasuulan Muhammad saw. Syahadat, demikian pula syuhud bermakana : “Hadir serta menyaksikan dengan mata kepala ataupun dengan mata hati.” Yang di maksud dengan Syahadat ialah menuturkan perkataan, yang terbit dari suatu pengetahuan ilmu yang hasil dengan jalan musyahadah hati atau dengan musyahadah mata. Maka makna Asyhadu, ialah saya bersaksi, dengan kalimat inilah kita melakukan kesaksian.[4]
2.      Menegakkan Shalat.
Artinya, senantiasa menunaikan shalat pada waktunya dengan memenuhi syarat dan rukunnya, juga memperhatikan adab dan sunnah-sunnahnya, sehingga dapat memberikan manfaat pada seorang muslim, yaitu meninggalkan segala perbuatan keji dan mungkar. Allah swt. Berfirman, dan tegakkanlah shalat, sesungguhnya shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar.”(Al-Angkabut: 45). Shalat juga merupakan sebagai perlambang bagi orang mukmin. Rasulullah saw, bersabda, “ pembatas antara seseorang dengan kesyirikan dan kekafiran adalah shalat,”  (HR. Abu Naim).
3.      Menunaikan Zakat.
Yaitu memberikan bagian bagian tertentu dari harta yang dimiliki kepada mustahik (orang-orang yang berhak menerima zakat), ketika harta tersebut telah mencapai nishab (batas minimal wajib zakat) dan telah terpenuhi berbagai syarat wajib zakat. Dalam hadist dijelaskan, dari Ibnu Umar ra berkata,
“ Rasulullah saw telah mewajibkan zakat fitrah satu sho qurma atau satu sho gandum bagi budak dan orang merdeka baik laki-laki maupun perempuan, anak kecil maupun orang tua dari orang islam, dan Rasulullah memerintahkan untuk membayarkan sebelum keluarnya seseorang untuk sholat Ied.” (Muttafqun Alaihi).[5]
4.      Puasa Ramadhan
Berasal dari bahasa arab saum yang berarti menahan, menurut istilah menahan diri dari sesuatu yang membatalkan puasa. Puasa ramadhan diwajibkan pada tahun ke-3 hijriyah, melalui firman Allah,
“ Bulan ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenain petunjuk itu, dan pembeda (antara kebenaran dan kebbatilan). Karena itu barang siapa yang masuk bulan (ramdhan) maka puasalah...”(Al-baqarah: 185). Ibnu umar dalam hadist yang di sepakti oleh Imam Bukhari dan Muslim berkata,
Ketika kalian melihat hilal (awal bulan ramadhan)maka puasalah,dan jika kalian melihatnya (akhir bulan ramadhan), maka berbukalah, apabila(tertutup)mendung, maka perkirakanlah.”
5.      Haji
Haji adalah pergi ke Baitullah di Makkah Al-Mukaromah pada bulan-bulan haji, yaitu Syawal, Dzulqa’dah, dan sepuluh hari pertama di bulan dzulhijjah. Haji dilakukan dengan menjalankan semua manasik (amalan-amalan dalam ibadah haji) yang telah diajarkan Rasulullah saw. Haji merupakan ibadah yang berhubungan dengan harta dan jiwa, yang membawa berbagai dampak positif bagi individu dan masyarakat. Bahkan merupakan Muktamar Islam Internasional dimana umat islam dari seluruh penjuru dunia berkesempatan untuk bertemu dan saling mengenal. Allah swt berfirman: “ ...mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup melakukan perjalanan ke Baitullah...”(Al-Baqarah: 185).
Rukun-rukun islam adalah merupakan suatu kesatuan yang saling terkait, barang siapa yang melaksanakan rukun-rukun islam secara utuh, ia adalah seorang muslim yang yang sempurna imannya. Barangsiapa yang meninggalkan keseluruhannya, ia adalah kafir. Barang siapa yang mengingkari salah satunya , ia bukanlah orang muslim. Barangsiapa yang meyakini keseluruhan, namun mengabaikan salah satunya –selain dua kalimat syahadat- karena malas, ia adalah orang fasik. Barangsiapa yang melaksanakan keseluruhannya dan juga mengakui secara lisan namun hanya berpura-puraan, ia adalah orang munafik.[6]

C.    Keutamaan Islam
1.      Mengampuni Dosa-Dosa Lama
Dari Ibnu Syamasyah al-Mahri, ia berkata, “Kami menyaksikan Amr bin al-Ash hampir meninggal, dia banyak menangis dan memalingkan  wajahnya ke dinding, anaknya, ‘Wahai ayahku, bukankah Rasulullah SAW telah memberikan kabar gembira kepadamu seperti ini ? Ibnu Syamasyah berkata, “Maka Amr menghadapkan wajahnya seraya berkata, Sesungguhnya amal paling utama yang kksiita siapkan adalah penyaksian bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah. Sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah. Sesungguh aku pernah berada di tiga fase kehidupan: Aku benar-benar melihat diriku dan tidak ada seorangpun selainku yang paling benci kepada Rasulullah SAW, tidak ada yang lebih kusukai selain aku bisa menguasainya, lalu aku membunuhnya. Jika aku meninggal dalam kondisi seperti itu, niscaya aku menjadi penghuni neraka. Tatkala Allah swt telah menganugrahkan islam di dalam hatiku, aku datang kepada nabi saw seraya berkata, ‘Ulurkanlah tanganmu, aku ingin membaiatmu’, maka beliau membuka tangan kanannya.’ Amr bin al-Ash berkata, ‘ Namun aku menahan tangan kananku.’ Beliau bertanya, ‘ada apa denganmu wahai amr?’ aku menjawab, aku ingin membuat persyaratan. ‘beliau bertanya, apa yang engkau syaratkan?’ aku berkata, ‘agar aku diampuni.’ Nabi saw bersabda,
‘‘tidakkah engkau tahu bahwa Islam menghapus dosa-dosa sebelumnya, sesungguhnya hijrah menghapus dosa-dosa sebelumnya, dan sesungguhnya haji menghapus dosa-dosa sebelumnya.’..........(HR. Muslim).[7]

Intisari hadist ini adalah;
a.       Bahwa Islam sebagai penghapus dosa-dosa sebelumnya. Barangsiapa memperbaiki keislamannya, maka papa yang pernah dilakukannya sebelum Islam tidak akan di hukum. Dan hijrah hijrah juga menjadi penghapus bagi segala dosa dan kesalahan, sebagaimana pula haji. Namun disini ada permasalahan. Memamang bahawa islam menghapus dosa-dosa besar dan kecil, adapun hijrah dan haji, maka ada pebedaan pendapat, karena untuk menghapus dosa-dosa besar disyaratkan adanya taubatan nasuha.
b.      Hadis ini mernunjukkan bahwa amal-amal shalih menjadi penghapus dosa-dosa, dan sesuai dengan besarnya amal shalih itulah dosa dapat terhapus.[8]
2.      Lurus dan Toleran
“Rasulullah saw pernah ditanya, ‘agama apakah yang paling dicintai oleh Allah swt?’ Beliau menjawab, ‘Yaitu agama yang lurus dan toleran’.” (HR. Ahmad dan dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam al-Fath).
Intisari hadistnya adalah,
a.       Bahwa syarioat Rasulullah saw adalah agama lurus yang mengikuti
Agama Ibrahim as, agama yang toleran lagi mudah.
b.      Bahwa Rasulullah saw diutus untuk memberikan kemudahan dan datang untuk menghilangkan beban dan belenggu.
c.       Anjuran untuk memberikan kemudahan dan menyampaikan kabar gembira serta tidak menyulitkan dan tidak membuat orang lari (dari agama), dan atas dasar penertian inilah hadist (yang berbunyi),
“berilah kabar gembira dan jangan kamu membuat orang lari (dari agama), berilah kemudahan dan jangan menyulitkan.” (HR. muslim).[9]
3.      Sikap Tengah-Tengah dan Hati-Hati
“sesungguhnya agama ini mudah, dan tidaklah seseorang bersikap ekstrim terhadap agama ini melainkan ia pasti akan menyulitkan dirinya sendiri. Oleh karena itu, bersikaplah tengah-tengah, pilihlah yang paling dekat dengan kebenaran dan kabar gembira. Dan mintalah pertolongan (kepada Allah swt dengan senantiasa beribadah pada waktu bersemangat) pagi, sore dan sebagian malam’.” (HR. al-Bukhari).
Intisari hadistnya adalah,
a.       Keharusan bersikap tengah-tengah, tidak berlebih-lebihan dan tidak asal-asalan, itulah jalan yang lurus. Dan apabila ibadah tidak sempurna, maka seorang hamba harus berusaha untuk mendekati (kesempurnaan),
b.      Bahwa diantara karakteristik agama Islam adalah mudah dan segala perintah serta larangannya sesuai dengan kemampuan.[10]
4.      Menjamin Harta Benda
“Bahwa suatu kaum dari bani salim melrikan diri dari kampung halaman mereka ketika Islam datang, maka aku mengambil ( tanah mereka). Ketika mereka masuk Islam, mereka memperkarakanku kepada Nabi saw dalam persoalan tanah tersebut. Maka beliau mngembalikannya (kepada mereka) seraya bersabda, ‘Apabila seseoarang masuk Islam, maka dia lebih berhak terhadap tanah dan hartanya’.’ (HR. Ahamad).
Intisari Hadistnya adalah;
a.       Bahwa apabila manusia masuk Islam, maka harata dan kepemilikan mereka tetap, semua itu tidakbisa dirampas dari mereka.
b.      Akad-akad kepemilikan yang tidak bertentangan dengan syariat dan sebelum Islam bagi pemiliknya, maka hal itu dialanjutkan dan di tetapkan.
c.       Bahwa manusia dibenarkan atas kepemilikan, tanah dan rumah-rumah mereka, dan harta serta tanah mengikuti pemiliknya.[11]
5.      Tidak Memandang Derajat, Ras, Suku (Semua Sama)
“Bahwasanya seoarang laki-laki menanyakan kepada Nabi saw: manakah pekerjaan Islam yang paling baik, Nabi menjawab: Engkau memberikan makanan kepada orang-orang miskin dan engkau mengucapkan salam kepada orang yang telah engkau kenal dan kepada orang yang belum engkau kenal, (HR. Bukhari).
Intisari haditsnya adalah;
Nabi saw menerangkan bahwasanya sebaik-sebaik pekerjaan dalam syariat Islam, ialah memberikan makanan kepada fakir miskin, baik dengan jalan menjamu mereka, atau dengan jalan-jalan yang lain, dan mengucapkan salam (memberikan salam kepada para muslim), baik yang sudah kita kenal, maupun yang belum kita kenal, apabila kita menjumpainya. Hal ini kita memberi pengertian bahwa kita tidak boleh mengkhususkan salam kepada sebagian orang saja. Hendaklah kita mengucapkan kepada setiap muslim, karena orang yang beriman semua adalah saudara.[12]
Pemaparan hadits-hadits diatas adalah sebagian kecil dari hadits-hadits tentang Islam dan berbagai aspeknya, ini menunjukkan bahwa hadits yang menjelaskan tentang Islam memang banyak, dan sangat banyak fersinya.
6.      Ukhwah Islamiyah
Abu Hamzah, Anas bin Malik ra., pelayan Rasulullah, berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Seorang diantara kalian tidak beriman jika belum bisa mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.”(h.r. bukhari dan Muslim)
Kandungan Hadits di atas antara lain :
a.       Persatuan dan kasih sayang
b.      Iman yang sempurna
c.       Nilai lebih seorang Muslim
d.      Berlomba untuk mendapatkan kebaikan
7.      Jiwa Seorang Muslim terpelihara
Ibnu Mas’ud ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “tidak halal darah seorng muslim yang bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan aku adalah Rasul-Nya, kecuali karena satu dari tiga hal berikut : Tsayyib (orang yang sudah menikah/janda/duda) yang berzina, membunuh orang, dan mninggalkan agamanya, memisahkan diri dari jamaah.”(h.r. bukhari dan Muslim)
Kandungan hadits di atas antara lain :
a.       Terpeliharang jiwa seorang Muslim
b.      Rajam
c.       Qishash
d.      Hukuman bagi orang yang murtad
e.       Meninggalkan shalat
f.       Masalah agama, yang dapat dibuat patokan adalah apa yang disepakati oleh jamaah Mulimah, mayoritas masyarakat Muslim
g.      Dorongan untuk komitmen terhadap sebuah komunitas Muslim
h.      Menghindari tiga kejahatan di atas agar senantiasa takut kepada Allah swt., baik ketika sendirian maupun ketika dalam keramaian.

                                                                                PENUTUP            

Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin, dari semua yang ada dalam islam semua mengandung maksud yang mempunyai kebaikan bagi umat islam khususnya dan umat manusia umumnya. Seperti halnya, menghargai sesama orang islam sendiri maupun non-islam, ini sangat penting karena kita mengetahui bahwa pada kenyataannya didunia agama ber macam-macam, dan posisi islam disini menjadi penengah bagi semua.
Islam menjamin pemeluknya masuk surga, karena mereka adalah orang-orang yang patuh kepada tuhanya. Islam menjamin harta benda pemeluknya, baik itu sebelum masuk Islam atau harta yang di bawa ketika masuk Islam, Islam mengampuni dosa-dosa pemeluknya, baik yang lampau maupun yang baru, kecil maupun besar, tergantung persyaratanya.
Islam merupakan agama yang menghargai kaum lemah dan terbelakang, dan lain-lain, demikian sedikit kesimpulan islam dari hadits Nabi saw, dari berbagai riwayat.
                                                         DAFTAR PUSTAKA

Al-Qorni, Aidh bin Abdullah, Terj. 391 Hadits Pilihan mendasri kehidupan sehari-hari, Jakarta: Darul Haq, 2007.
Al-Bugha, Musthafa Dieb, terj. Al-wafi menyelami makna 40 hadits Rasulullah saw, Jakarta: Al-‘Itishom, 2003.
As-Shidieqy, Muhammad Hasbi, Teuku, Mutiara Hadits-Keimanan, Semarang; Rizqi Putra, 2002.
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin, Terj. Mukhtashar shohih al-Imam al-Bukhari, Jakarta: Gema Insani Press, 2003.
Al-Atsqolani, Ibnu hajar, Bulughul Maram, Surabaya: Darul Ilmi,-.


[1] Musthafa dieb al-Bugha, terj. Al-Wafi (jakarta:Al-I’tisom), 2003. 10
[2] Ibid, (7)
[3] Ibid, (14)
[4] Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Mutiara Hadist (Semarang:Pustaka Rizki Putra),2002.57-58
[5] Ibnu Hajar Al-atsqolani, Bulughul Maram (Surabaya:Darul Ilmi), - .125
[6] Ibid,(16)
[7] ‘Aidh bin Abdullah al-Qorni, 391 hadits Pilihan, terj. (Jakarta: Darul Haq), 2007. 20-21
[8] Ibid(21)
[9] Ibid (22)
[10] Ibid (22)
[11] Ibid (28)
[12] Ibid (101)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar